25 September 2018

Kejar Impianmu, Dhia!

"Didiklah anakmu sesuai zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu."
~ Sayyidina Ali bin Abi Thalib radhiyyallahu 'anhu

Untuk anakku Dhia.

Dear, anak ibu yang bulan lalu sudah berusia sembilan tahun.
Selamat ulang tahun, ya nak. Doa terbaik selalu ayah dan ibu panjatkan untukmu. Semoga kelak kau bisa meraih impian-impianmu. Terima kasih karena kamu selalu sehat. Terima kasih karena kamu jarang sekali merengek minta sesuatu. Terima kasih karena telah mengajarkan ibu dan ayah banyak hal tentang kehidupan. Terima kasih yang tak terhingga kamu mampu bersabar dengan keadaan kami, nak. Ya, walaupun kita sama-sama tahu, kita tidak mampu memilih dari orang tua mana kita dilahirkan. Namun, ibu akan tetap berterima kasih karena kamulah anak ibu. Oh, tentu saja rasa syukur kepada Allah selalu ibu lakukan.



Dear, anak ibu yang pendiam dan pemalu.
Sebenarnya, ibu tidak ingin kamu seperti ini, nak. Kamu sangat pendiam dan pemalu. Sama seperti ibumu waktu kecil dulu. Sulit mengutarakan pendapat dan segan mengungkapkan isi hati. Sampai ibu ingat kata guru dan teman-teman bahwa ibu anak pendiam tak suka ngomong. Sebenarnya, ibu tidak ingin kamu seperti ibu. Ibu ingin Dhia jadi anak periang dan cerewet. Ibu ingin Dhia aktiv dan supel sehingga punya banyak teman. Tapi, hey! Kamu memang anak ibu, makanya sifatmu mirip sekali dengan ibu.

Dear, anak ibu yang suka menggambar.
Maafkan ibu, Nak. Sering tidak sabar saat menemanimu belajar matematika. Sering marah-marah pada saat kamu tidak bisa menyelesaikan perhitungan matematika sederhana. Maafkan ibu karena terkadang berkata "Gitu aja nggak bisa.". Ibu sering geregetan kenapa anak ibu tidak sepandai ibu dalam hitung-hitungan. Namun begitu kamu membahas hasil gambarmu, seketika matamu berbinar.

Oh, lihatlah, nak. Ibumu memang tidak konsisten. Kadang ibu ingin kamu seperti ibu, namun juga kadang tidak ingin kamu seperti ibu. Ibu egois.

Hingga akhirnya ibu tersadar. Kamu adalah individu berbeda. Kamu punya sifat dan kepribadian berbeda dengan ibu. Kamu pun punya hobi yang berbeda dari ibu. Kamu tidak bisa dibandingkan dengan ibumu. Apalagi dibandingkan dengan anak lain. Jelas itu sesuatu yang salah. Maafkan ibumu, nak.

Benar kata sayyidina Ali bin Abi Thalib ra, "Didiklah anakmu sesuai zamannya, karena mereka tidak hidup pada zamanmu."

Kamu sudah berbeda zaman dari ibu. Dulu, waktu ibu seumuran kamu, yang ibu tahu hanyalah main lompat tali, main kelerang, main petak umpet, main di sungai dan segala permainan yang semacam itu. Sedangkan sekarang, kamu dan adikmu lebih senang bermain Roblox dan Minecraft yang bahkan ibu sama sekali tidak mengerti kedua games tersebut. Kamu lebih senang menghabiskan waktu berjam-jam untuk menggambar di depan laptop daripada main di luar rumah.

Saat itu ibu mulai sadar. Terlebih saat kamu berani mengutarakan pendapat dan isi hatimu.

"Bu, Dhia tuh sukanya menggambar di laptop. Dhia tidak suka matematika. Susah, Bu!"

***

Begitulah Dhia ( 9 tahun ) anak pertama saya yang hobi menggambar menggunakan paint di laptop. Dhia adalah generasi yang sudah terpapar gadget ( handphone, laptop, tablet, komputer,dsb ) sejak usia dini. Permainannya bukan lagi main bola beklen atau petak umpet. Sekarang zamannya memang sudah berbeda. Teknologi semakin mempermudah manusia dalam melakukan segala sesuatu.

Saya pernah merasa bersalah dan menjadi orang tua yang buruk karena membiarkan anak-anak bermain gadget. Hal itu disebabkan setelah saya menyimak seminar parenting yang memaparkan tentang bahaya gadget untuk anak. Ngeri sekali akibatnya jika anak-anak tidak terkontrol dalam penggunaan gadget terutama yang terhubung dengan internet.

Namun, pada masa era globalisasi seperti ekarang ini, teknologi merupakan salah satu sarana yang tidak lepas pada kehidupan sehari-hari. Dimana mau atau tidak mau, kita harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut mempengaruhi kehidupan kita untuk melakukan aktivitas. Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pula memperoleh kesempatan untuk maju. Oleh karena itu,menurut saya sebaiknya kita tidak “gagap” terhadap perkembangan teknologi informasi. Termasuk anak usia dini.

Baca juga: Smartwatch yang Terlalu Keren, Inilah Xiaomi Amazfit Bip


Keinginan kuat agar anak saya tidak gagap teknologi dan bisa lebih banyak belajar melalui komputer atau laptop, terkadang kendur ketika melihat dampak negatif yang sering ditimbulkan dari penggunaan komputer yang tidak tepat. Jadi untuk mengatasi permasalahan tersebut saya harus mengarahkan bagaimana penggunaan yang benar, membatasi waktunya, dan selalu memberi pengertian mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Saya juga senantiasa mengawasi apa yang mereka pelajari dari internet.

Saya melihat potensi Dhia ada pada kesukaannya menggambar dan membuat ilustrasi di laptop. Yang bisa saya lakukan adalah memfasilitasi dengan menyediakan komputer atau laptop. Dimulai saat usianya baru 3 tahun, ia sudah mahir bermain games edukativ di tabletnya.

foto Dhia umur 4 tahun


 Kemudian saat usianya 7 tahun, ia mulai belajar menggambar di laptop. Hingga kini usianya sembilan tahun, sudah ratusan gambar yang ia hasilkan. Salah duanya adalah yang saya jadikan info grafis pada artikel ini. Bahkan, sekarang Dhia lah yang mengajari saya menggambar di laptop. Semua itu ia pelajari sendiri secara autodidak dari video tutorial di Youtube. Dari menonton, berlatih, menonton dan berlatih terus. Impiannya adalah bisa membuat game sendiri, menggambar animasi seperti yang sering ia tonton di laptop dan handphone.

Pembelajaran melalui komputer/laptop yang diterapkan pada anak usia dini itu ternyata dapat menstimulasi kecerdasan mereka, misalnya kecerdasan kognitif mengenai pemahaman konsep bilangan. Ini saya terapkan saat mengajarinya matematika. Dhia lebih paham jika menggunakan video atau infografis yang saya buat di laptop. Selain itu, kecerdasan bahasa juga meningkat, misalnya Dhia secara autodidak bisa bahasa Inggris dari laptop. Dan, pembelajaran melalui laptop juga mengasah kemampuan untuk berpikir kritis. Pembelajaran melalui komputer bagi anak dapat menstimulasi koordinasi mata dengan ketepatan gerak tangan dengan belajar menggunakan mouse. Secara tidak langsung pembelajaran melalui komputer juga membantu perkembangan motorik halus.

Saya memang orang tua yang membolehkan anak-anak menggunakan gadget, nonton Youtube, bermain games di komputer atau laptop. Namun tetap saya batasi durasinya. Karena teknologi bisa sangat memudahkan manusia bisa juga berbahaya jika tidak bijak dalam pengawasan orang tua.

Untuk mengembangkan potensi yang Dhia miliki, saya pun mencari-cari tempat kursus desain untuk anak-anak. Namun ternyata susah, nggak ketemu-ketemu. Akhirnya ketemulah dengan DUMET School.

Dumet School adalah salah satu tempat kursus pemrograman komputer terbaik di Jakarta. Tidak hanya untuk anak-anak, tapi mulai dari pelajar, mahasiswa, dosen, staff profesional dan pemilik bisnis kursus di DUMET School.

Kelebihannya apa? Kenapa orang-orang memilih DUMET School sebagai tempat kursus pemrograman?

ilustrasi ini hasil karya Dhia

Berapa biaya untuk kursus di DUMET School?

Untuk kursus pemrograman khususnya Kursus pemrograman komputer untuk anak-anak adalah :



Dhia, apa kita daftar yang paket bundling saja, ya? Soalnya bakalan lebih murah jika mendaftar langsung untuk 2 modul (Fun Coding for Kids + Fun Design for Kids). Kita akan mendapatkan diskon Rp 1.500.000. Jadi cukup membayar Rp 4,9 juta untuk 2 modul (Fun Coding for Kids + Fun Design for Kids).



Oke, Dhia. Ayo kita lihat tabunganmu, mungkin saat ini sudah cukup untuk kamu ikutan kursus desain dan pemrograman komputer. Agar impianmu semakin dekat. Sebaiknya, kita daftar di daerah mana ya, Dhia?

Ada lima lokasi kantor DUMET School, yaitu :

Kelapa Gading
Rukan Artha Gading Niaga Blok i - 23, Jalan Boulevard Artha Gading
Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240
(Belakang Mall Artha Gading)
Telp: (021) 4585-0387

Grogol
Ruko Jalan Taman Daan Mogot Raya No. 23
Kel. Tanjung Duren Utara Kec. Grogol Petamburan, Jakarta Barat 11470
(Belakang Mall Citraland dan Kampus UNTAR II)
Telp: (021) 2941-1188

Tebet
Rukan Crown Palace Blok A no 12, Jl Prof Dr Soepomo no 231 (Samping Universitas Sahid). Kec. Tebet, Kel. Menteng Dalam
(± 1 Menit dari Tugu Pancoran)
Jakarta Selatan 12870
Telp: (021) 2298-3886

Srengseng
Ruko Permata Regensi Blok B - 18, Jalan Haji Kelik
Srengseng, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11630
(Depan Hutan Kota Srengseng)
Telp: (021) 5890-8355

Depok
Ruko Jalan Kartini Raya No. 53
Pancoran Mas, Depok 16436
(± 5 Menit dari Kantor Walikota Depok)
Telp: (021) 7720-7657

Kita juga bisa menghubungi DUMET School melalui SMS / WhatsApp / Email di :

Kelapa Gading: 0851-0055-5666
Grogol: 0819-7555-666
Tebet: 0812-1999-9155
Srengseng: 0812-9933-3913
Depok: 0812-9393-3210
dan email : infodumetschool.com

Apa saja yang kita dapat setelah mendaftar di DUMET School ?

ilustrasi by Dhia




Akhirnya, jangan merasa menjadi orang tua yang buruk karena anaknya suka bermain smartphone atau laptop. Karena menurut saya, teknologi itu bukan untuk dihindari namun untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk hal-hal positif.


0 komentar:

Post a Comment

Hai, terima kasih sudah membaca dan berkomentar. :)
Mohon maaf komentar dimoderasi karena banyak spam yang masuk.