28 March 2015

Sebulan Lalu

Ada kalanya sebagai blogger, saya tidak sempat untuk blogging. Jangankan menulis dan update blog, untuk bersosial dengan tetangga atau bersosmed-ria saja tidak sempat.
Karena sudah sebulan lebih tidak bersentuhan dengan keyboard dan komputer, saya jadi kagok gini nulisnya. Mau dari mana dulu ceritanya hingga sebulan lebih saya nggak muncul. Hemm, dan blog ini pun sepertinya mulai ditinggalkan pembacanya. (Semoga jangan, ya Allah)

Kronologi

Jadi sebulan yang lalu, tanggal 9 Februari 2015, saya mendapat telepon dari Mbak Yu saya yang mengabarkan kalau Simbok ( panggilan Ibu masyarakat suku Jawa ) sedang sakit. Sebagai anak perantauan, mendengar kabar tersebut saya tidak bisa meneruskan makan ( saat itu sedang makan malam) dan langsung menangis karena panik. Bagaimana tidak panik, Simbok sudah sakit selama sebulan kenapa saya baru tahu sekarang?? Dari mbak yu juga saya tahu, memang Simbok tidak memberi kabar kepada anak-anaknya. Dan salah saya juga kenapa sebulan ini tidak menelpon beliau, padahal 1-2 kali sepekan saya selalu menghubungi Simbok.

Melihat saya panik dan sedih, untunglah suami merespon cepat yang membuat saya sedikit tenang. Malam itu juga saya hunting tiket kereta api. Untuk keberangkatan empat hari kedepan semua sudah full booked. Jadi terpaksa saya berangkat tanggal 14 Februari.

Kenapa tidak naik kendaraan yang lain saja, biar cepat sampai di rumah ibu?
Karena sudah terbiasa menggunakan untuk pulang kampung, selain paling nyaman untuk kami bertiga (saya dan dua krucil) juga tidak terlalu mahal dibandingkan dengan bus atau travel.

Merawat Simbok hingga sembuh

Setelah sampai di sana, Saya sadar, saya belum bisa membahagiakan kedua orang tua saya, belum bisa membalas budi mereka. Sekarang mungkin Allah ngasih kesempatan untuk merawat orang tua yang sedang sakit. Saya tahu ini mungkin hanya seujung kuku dari pada kebaikan Simbok kepada saya.

Setelah sebulan saya tinggal di kampung halaman, Alhamdulillah penyakit asam urat dan reumatik  berangsur-angsur pulih dari yang tidak bisa berjalan menjadi bisa jalan lagi, kemudian bisa beraktivitas seperti sedia kala.

Yang membuat saya kadang merasa sedih adalah saya tidak membawa notebook. (*mrembes di pojokan kasur*) Kalau malam tiba, saya kadang kangen dengan bloging disamping kangen dengan si Abi (*halah lebay*) Tapi memang iya sih.

Kenapa nggak nulis dengan hape?
Hape saya bukanlah smartphone paling canggih masa kini. Hape saya hanyalah smartphone yang diciptakan khusus untuk orang-orang yang sabar. Tahu yang saya maksud? hehe ;)
Jadi kalau lama ngetik pake hape, akan muncul perasaan pengen ngunyah hape ini.

Kembali ke Bandung dan susah move on

Tanggal 14 Maret saya balik ke Bandung. Hari pertama dan kedua saya pikir wajar ada perasaan ogah-ogahan nyalain komputer dan nulis. Tapi setelah sekian hari sampai hari kemarin, saya tetep malas ngetik depan kompi, saya pikir memang benar setelah sebulan dengan aktifitas rutin di rumah Simbok tanpa bersentuhan dengan laptop/komputer saya mulai terbiasa. Dan untuk mengembalikannya lagi ternyata agak susah, broooh!