30 December 2017

Mencintai Anak dengan Memahami Kepribadiannya

Saya baru memahami cinta tulus seorang ibu sejak menjadi orang tua pertama kali. Saat pertama kali mendengar detak jantung bayi dalam perut, perasaan tulus-setulusnya kepada seseorang yang belum pernah saya rasakan itu muncul. Lalu saat proses melahirkan anak pertama, disitulah saya semakin memahami bagaimana perasaan cinta kasih yang sangat tulus ibu kepada anaknya. Semakin hari cinta itu kian bertambah. Saya pun semakin sayang kepada kedua orang tua saya terutama ibu.



Namun seiring bertambahnya usia sang anak, terkadang saya pun tidak mengerti kenapa anak bertingkah seperti ini atau seperti itu. Adakalanya saya bingung bagaimana menghadapi anekdot anak yang setiap hari bisa berubah. Tingkah laku anak yang lucu dan menggemaskan membuat hari-hari saya lebih bahagia. Namun adakalanya saya stress dibuatnya. Disitulah saya menyadari bahwa menjadi orang tua itu adalah sekolah seumur hidup. Tempat belajar tak terbatas. Bertindak sebagai gurunya adalah anak-anak sendiri dan lingkungan. Mereka mengajarkan saya banyak hal, kesabaran, kelembutan, ketegasan, dan banyak hal lain. 

Saya yang menyadari bahwa memberikan kasih sayang ke anak itu tidak sembarangan, saya pun senantiasa mencari ilmunya. Walaupun kata orang "Menjadi orang tua itu nggak ada sekolahnya" namun kita kan bisa belajar dari pengalaman dan menimba ilmu dari orang lain yang lebih berpengalaman. Saya sering mendatangi seminar-seminar parenting, menambah pengetahuan dengan membaca dari internet soal parenting, dan lain sebagainya. Pun setiap cerita dari orang tua lainnya bisa saya ambil hikmahnya.

Meskipun saya menyerap berbagai hal soal teori-teori parenting dari orang tua-orang tua berpengalaman, namun saya tidak serta merta menerapkan gaya parenting orang lain terhadap anak-anak saya. Tidak ada formula khusus yang tepat karena setiap kondisi dan keadaan keluarga itu berbeda-beda.

Setiap Anak itu Unik

Bunda-Ayah, perlu kita pahami bersama bahwa anak-anak itu adalah individu. Mereka mempunyai karakter dan kepribadian masing-masing. Disitulah saya harus memahami bahwa anak-anak saya ini karakternya tidak sama. Iya, kedua anak saya, Dhia dan Akram, mempunyai dua kepribadian yang jauh berbeda bahkan cenderung bertolak belakang. Sedari mereka kecil, saya selalu melakukan observasi dengan anekdot (tingkah laku) mereka. Sehingga ketika usianya bertambah saya sudah memahami karakter mereka dan bagaimana menghadapi keduanya. Biasanya anak usia 4-5 tahun sudah menunjukkan kepribadiannya.

sumber gambar : pinterest.com

Kedua anak saya ini berbeda kebiasaan, berbeda barang kesukaan, beda hobi, beda reaksi, pokoknya lebih banyak perbedaannya dari pada kesamaannya. Maka dari itu, saya dalam menghadapi mereka juga tidak sama. Yang satu sedikit pendiam dan cenderung menikmati kesendirian atau biasa kita kenal dengan introvert, sedangkan satu lagi cerewet dan mudah bergaul atau yang biasa kita kenal dengan ekstrovert.

Saya juga semakin mengenali mereka. bagaimana mereka ingin dicintai, bagaimana bahasa tubuh mereka jika ingin dimanja, dan sebagainya. Disinilah kepekaan saya sebagai orang tua sangat diperlukan. Karena walaupun kata kita, kita sudah mencintai anak sangat besar, belum tentu anak berfikir demikian karena tindakan kita tidak sama dengan persepsi mereka tentang cinta.

Bagaimana Cara Mengenali Karakter Anak?

Mengapa saya perlu membahas tentang kepribadian dalam mencintai anak? Karena kepribadian adalah bagian dari manusia yang sangat unik dan memiliki kecenderungan yang besar untuk merespon segala sesuatu. Kepribadian inilah yang menjadi dasar dari pembentukan karakter seorang anak. Dengan memahami kepribadian anak berarti saya telah menyingkat waktu untuk menebak-nebak, berusaha mengerti dan memahami anak. Saya bisa jauh lebih mudah untuk memahami seseorang anak dengan memperhatikan tipologi kepribadiannya.

Sebelum menikah, Alhamdulillah, saya pernah belajar di Personality School. Setelah menikah, saya sudah memahami karakter/kepribadian saya sendiri sehingga lebih mudah untuk memahami kepribadian orang lain termasuk kepribadian suami dan anak-anak saya. Kalau yang belum pernah mempelajari kepribadian, gimana? Banyak, kok, informasi baik dari internet dan buku-buku jika kita memang mau belajar. Ada satu buku yang bagus untuk memahami diri sendiri dan orang lain yaitu Personality Plus dan Personality Plus for Parents, dan sebagainya. Biasanya tersedia di toko buku.

Kepribadian setiap anak itu berbeda beda. Seperti yang saya ceritakan di atas, kedua anak saya mempunyai kepribadian yang sangat berbeda. Dhia cenderung Plegmatis bercampur Melankolis sedangkan Akram cenderung Sanguinins bercampur Koleris. Tetapi perbedaan malah membuatnya menjadi harmonis. Mereka berdua bisa saling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. 



Secara umum type kepribadian yang dikenal ada 4. Ini banyak dipakai oleh family terapis, oleh para HRD ataupun praktisi-praktisi di sumber daya manusia untuk menganalisa kepribadian seseorang. Kepribadian ini membagi manusia menjadi empat golongan besar yaitu korelis, sanguinis, plegmatis dan melankolis.

1. Koleris
Pemimpin yang dilahirkan secara alamiah begitulah koleris. Mewakili tipe kepribadian yang tegas dan kemudian cenderung untuk memimpin. Ciri-cirinya, anaknya To The Point, dia ingin segala sesuatunya cepat dan dilakukan saat itu juga, dia tidak bertele-tele. Pernah menemui anak yang ceplas ceplos atau keinginannya harus selalu terpenuhi? dialah anak koleris. Tetapi pada titik ekstrimnya, anak koleris menjadi terlalu dominan dan terlalu mengatur, terlalu mengontrol, misalnya saat bermain dengan teman-temannya, si anak koleris ini pengennya mengatur temannya harus begini dan begitu, jika temannya tidak nurut dia akan marah. Ini bisa membuat temannya tidak tahan. Dia ingin segala sesuatunya dilakukan dengan sangat cepat, namun anak koleris bisa lupa detail-detail tentang hal penting yang harus dilakukan. Inilah tipe kepribadian koleris yang sejati.

Seorang anak yang koleris, biasanya memiliki motivasi yang kuat dari dalam, istilahnya “ku tahu yang ku mau”. Terus saat memakai baju, biasanya tidak mau ribet. Jika ingin mengarahkan mereka, sebaiknya tunjukan keuntungan bagi anak. Misalnya, "jika mau tidur lebih awal, besok bisa berangkat jalan-jalan lebih pagi". Atau "jika mau mau menabung, nanti bisa punya banyak uang dan bisa membeli mainan yang sedang kamu incar".

Namun yang perlu kita ketahui, kepribadian ini tidak ada yang 100% koleris, sanguinis, melankolis atau plegmatis. Dari 4 kepribadian ini selalu ada komponen dari kepribadian lainnya. Mana yang cenderung dominan, itu yang akan membentuk karakter/kepribadian si anak.

2. Sanguin/Sanguinis
Sanguin itu orangnya cerah, ceria, heboh sekali dan jika memakai pakaian pakaian biasanya berwarna cerah meriah (bisa juga dengan banyak sekali aksesoris). Sanguin adalah orang yang senang menjadi pusat perhatian. Jika kita melihat sekumpulan anak sedang bermain, lalu ada satu anak yang dikelilingi anak lain, dia bercerita, lalu semua terhibur dan tertawa, maka anak yang bercerita itulah seorang sanguinis. Ia menjadi pusat perhatian. Biasanya anak sanguin suaranya keras, bahkan kita bisa mendengar suaranya saat belum melihat anaknya.

Anak sanguin akan berjalan dengan gayanya yang ceria dan akan menoleh ke kanan kiri. Ia suka melempar banyak senyum kepada anak-anak dan orang-orang di sekitarnya. Anak ini sangat senang sekali bermain dan berkumpul dengan banyak teman-temannya. Senang dengan aktivitas outdoor atau kebersamaan yang menyenangkan.



Tipe koleris dan tipe sanguin adalah tipe yang Ekstrovert, tipe yang terbuka kepada orang. Anak sanguin bisa cerita tentang banyak hal kepada orang lain dan kemudian bisa dengan mudah melupakannya. Anak sanguin begitu mudah minta maaf. Akram termasuk tipe ini karena dia mudah sekali bergaul dengan orang. Supel. Dan mudah sekali minta maaf. Sedangkan anak koleris tidak akan melakukannya, dia akan gengsi untuk minta maaf kepada kita.

3. Melankolis
Melankolis adalah orang yang rapi. Biasanya tulisannya rapi, rajin, dan lengkap. Dia akan memiliki gaya dandan yang rapi. Semuanya rapi seperti diatur pada tempatnya. Orang melankolis suka warna warna yang memiliki perpaduan yang cocok. Jadi dia tidak akan sembarangan, difikirkan betul-betul dan mempertimbangkan segala sesuatunya. Misalkan, dia tidak akan mungkin memakai bawahan yang berwarna kuning lalu atasnya berwarna hijau cerah. Dia akan memikirkan betul-betul sebelum bertindak, itulah orang melankolis.

Anak melankolis, jika memendam sesuatu bisa dipendam sangat lama, ngambeknya bisa sangat lama sekali, tetapi anak melankolis sangat detail, suka barang-barang ataupun benda yang kecil-kecil. Seperti Dhia, suka sekali dengan mainan bentuknya kecil-kecil. Ia begitu ahli di dalam perencanaan. Seperti Dhia itu, kalau besok pagi mau bepergian, pada malam harinya Dhia akan menyiapkan baju apa yang akan ia pakai besok, mainan apa dan makanan apa yang akan ia bawa. 

Anak melankolis sangat suka “mengontrol” semuanya sendiri. Terkadang menentukan pakaian yang akan dipakainya, makan apa siang ini, dan sebagainya. Mereka terkadang suka mengingatkan kita. Tipe Dhia banget, contohnya ia seringkali mengingatkan jika keluar kamar lampu dimatikan, jika ibu capek ya istirahat, ibu hati-hati saat berkendara jangan terlalu cepat, dan sebagainya.

4. Plegmatis
Plegmatis adalah kepribadian yang suka melakukan segala sesuatu berdasarkan urutan yang telah diberikan, jika memang sudah begini ya begini, pokoknya mengikuti saja apa yang sudah ada. Itulah plegmatis, tipe pengikut yang setia. Anak Plegmatis bisa tahan duduk berjam-jam melakukan sesuatu. Melakukan hal yang sama selama berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan dimana itu tidak mungkin bisa dilakukan oleh seorang yang koleris ataupun seorang sanguin. Mereka tidak akan tahan duduk berjam-jam melakukan satu hal yang sama berulang-ulang kali.Anak plegmatis sangat mudah diatur dan mereka sangat toleran.

Saya punya anak plegmatis, saat saya bilang “Dhia sekarang makan ya”, “Ya” kalau saya sibuk, saya bisa berkata “Dhia, sekarang ummi lagi sibuk, nanti aja makannya ya”, “Iya” . Anak-anak plegmatis tidak akan banyak menuntut. Berbeda dengan anak koleris “Akram, makannya nanti ya”, “Tidak! Aku maunya sekarang. Ini lihat perutnya udah kecil. Nanti Akram bisa kurus.”. 

Anak plegmatis biasanya cenderung diam dan mengalah. Mereka sering menghindari konflik dan sering merelakan peralatan tulisnya untuk dipinjam walaupun tidak dikembalikan dan tak jarang raib karena anak ini merasa “tidak enak” untuk meminta alat tulis yang dipinjem temannya. Dhia banget ini. Tiap minggu pasti ganti penghapus dan pengserut baru.

Sekarang kita sudah mengetahui tipologi kepribadian anak. Kita jadi bisa menyesuaikan bagaimana kita akan bereaksi terhadap masing-masing anak. Tidak bisa disamakan kecuali kepribadian anak satu dan lainnya mirip. Ketika anaknya kepribadiannya bertolak belakang, ya cara saya menghadapinya juga berbeda. Disinilah pentingnya kita mengenal kepribadian anak. Kepribadian adalah dasar dari pembentukan karakter bagaimana anak bereaksi dan bertindak. Disinilah kita dapat menerapkan pola asuh mana yang cocok untuk buah hati kita.



Mana diantara keempat kepribadian itu yang paling baik? Yang perlu dimengerti, bahwa tidak ada satupun tipologi kepribadian ini yang lebih baik daripada lainnya. Artinya kita semua mempunyai kadar dari keempat tipologi kepribadian ini. Di dalam diri kita ada unsur koleris, ada unsur sanguinis, ada unsur melankolis dan ada unsur plegmatisnya. Hanya saja di bagian manakah kita atau anak kita dominan dan itulah yang membentuk kita, itu yang membedakan kita dari yang lainnya. Tidak ada satu orangpun yang memiliki komposisi yang sama. 

Kita juga perlu memahami bagaimana persepsi anak tentang kasih sayang. Ada anak yang menganggap orang tuanya tidak sayang karena tidak pernah mengatakan "Nak, Ayah/Ibu sangat menyayangimu.". Ada juga anak yang tiap hari orang tuanya bilang sayang namun ternyata anak tidak merasa disayangi, karena dalam persepsi anak, sayang itu bukan cuma berkata sayang namun juga harus dibelai atau menggunakan sentuhan (dibelai rambutnya atau dielus punggungnya, misal). Ada juga anak yang sudah merasa disayang hanya dengan melihat perjuangan orang tuanya tanpa perlu orang tua secara lisan berkata sayang. 


Memahami Tingkah Laku Anak Saat Sakit



Seperti reaksi sikap sehari-hari, begitu juga saat anak sakit. Mereka sama-sama butuh perhatian lebih. Butuh waktu ditemani lebih dari biasanya. Butuh lebih banyak belaian. Tidak beda jauh dalam tingkah laku sehari-hari, Dhia dan Akram saat sakit juga memiliki kebiasaan yang berbeda satu sama lain. Dhia lebih banyak diam sedangkan Akram biasanya akan banyak menyuarakan apa yang dirasakannya. Kalau Dhia harus ditanya dulu apa yang ia rasakan atau saya yang bertanya misalnya apakah perutnya sakit, apa kakinya sakit, mau dipijitin, pengin makan apa dan sebagainya. Ketika sakit dan ingin dipijit, Dhia lebih banyak menggunakan bahasa isyarat sedangkan Akram akan langsung bilang "ingin dipijit, ingin makan bubur, ingin dielus-elus kepalanya" dan sebagainya. Lagi-lagi, sebagai orang tuanya harus peka saat seperti ini.

Ketika anak sakit, pastilah saya sebagai ibunya akan merasa sedih sekali. Dulu sekali, menghadapi anak sakit sempat panik dan merasa bersalah banget. Namun semakin hari saya belajar bagaimana menangani anak sakit terutama saat demam. Disini ada persamaan yang akan saya lakukan (yang tidak menyesuaikan dengan kepribadian mereka) dalam menangani demam anak, diantaranya :

    sumber gambar : OneThousandSmile
  • Tidak panik dan tetap jaga stamina tubuh sendiri.
Tidak panik adalah hal pertama kali yang saya lakukan. Bayangkan kalau sudah panik. Dalam keadaan panik, biasanya mengambil tindakan akan terburu-buru. Misalnya, anak demam di malam hari, karena panik langsung dibawa ke rumah sakit. Padahal tidak perlu langsung ke rumah sakit. Demam adalah reaksi tubuh ketika ada kuman menyerang tubuh sehingga tubuh meningkatkan suhunya untuk melawan kuman penyakit. Saya paham betul, saat anak sakit, ibu pun ikut hancur merasa bersalah dan sebagainya. Hal itu wajar saja, saya pun pernah merasa begitu. Namun jangan lama-lama karena saya juga harus memperhatikan kesehatan diri sendiri saat harus mengurus anak-anak yang sakit. Jangan sampai saya ikut-ikutan nge-drop dan ikut sakit. Akan repot urusan.
  • Saat anak deman, kompres dengan menggunakan air hangat untuk menurunkan suhu badan. Kompres bagian ketiak, kening, dan selangkangan. Mengompres dengan air hangat lebih efektif ketimbang menggunakan air dingin. Karena pusat suhu tubuh anak akan menerima pesan bahwa suhu disekitar tubuh sedang hangat sehingga tubuh akan menurnkan suhunya secara otomatis. Segera ganti baju yang telah basah atau lembab.
  • Saat anak demam, perbanyak asupan cairan dan kenakan baju yang tidak terlalu tebal serta tempatkan pada ruangan yang punya sirkulasi udara lancar namun tidak berangin.
  • Saat anak demam jangan lakukan pemijatan karena hal tersebut bisa menyebabkan terjadinya pecah pada pembuluh darah. Seringkali Dhia dan Akram juga minta dipijat. Untuk alternatif lain, hanya dielus-elus saja pada bagian kaki, perut atau punggung. Atau saya oleskan minyak untuk menghilangkan kembung dan pegal-pegal di badan karena demam bisa jadi pemicunya adalah kecapaian dan masuk angin.
  • Cek suhunya badannya menggunakan termometer, sehingga suhu tubuhnya terpantau dengan akuran. Batasan suhu tubuh dikatakan demam adalah jika diatas 37,5 derajat celcius.

  • Jika suhu tubuh belum juga turun setelah dikompres, apalagi bertambah sampai diatas 38 derajat celcius, berikan obat penurun panas yang mengandung parasetamol.
  • Jika suhu tubuh tetap tinggi ( lebih dari 39 derajat celcius ) meski sudah diberi obat penurun panas dan berlangsung selama lebih dari 2 x 24 jam, segera bawa anak ke dokter.

Sebagai orang tua yang terpenting kita harus jeli dan peka mengamati gejala demam pada anak. Demam yang ringan biasanya hanya berlangsung sebentar saja lalu turun lagi, namun jika demam tinggi berlangsung lebih dari 2 hari jangan ambil resiko. Segera bawa anak ke dokter dan jika perlu minta untuk dilakukan tes darah. Demam tinggi dan lama bisa jadi karena gejala penyakit serius seperti infeksi virus Thypus, Demam Berdarah, Leptospirosis, Meningitis hingga Sepsis. 


Untuk mengatasi demam anak-anak saya, dari dulu saya percayakan pada Tempra dari PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. yang mengandung Paracetamol. Tempra adalah obat penurun panas yang selalu tersedia di kotak obat di rumah saya maupun saat saya bepergian jauh dengan anak-anak.

Kenapa saya memilih Tempra? Karena Tempra ini aman di lambung anak-anak dan dosisnya sudah tepat yang sudah disesuaikan dengan usia anak jadi tidak usah takut kekurangan atau kelebihan dosis. Tempra cepat menurunkan demam karena mengandung Paracetamol yang dapat menurunkan panas dan juga meredakan nyeri. Paracetamol ini bekerja sebagai antipiretik  pada pusat pengaturan suhu di otak dan analgetik dengan meningkatkan ambang rasa sakit. Oiya, sebelum minum obat biasanya harus dikocok dulu kan? Saya kadang suka lupa kalau obat tertentu harus dikocok dulu sebelum diminum. Kalau Tempra Syrup ini tidak perlu dikocok karena formulanya dia sudah larut 100%. 

Ada tiga jenis Tempra yang diproduksi oleh PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk, yaitu:

1. Tempra Drops (Rasa Anggur)
Tempra Drops dengan rasa anggur dikhususkan untuk anak berusia 0-1 tahun. Cara menggunakan obat ini adalah dengan pipet yang diteteskan langsung pada lidah anak. Dalam setiap 0.8 ml Tempra Drops mengandung 80 mg paracetamol dengan dosis pemakaian:

Dosis: Gunakan sesuai anjuran dokter, bila perlu satu dosis setiap 4 jam, namun tidak lebih dari 5 kali sehari

2. Tempra Syrup (Rasa Anggur)
Ini obat penurun panas yang digunakan Akram (5 tahun) karena dikhususkan bagi anak usia 1 – 6 tahun. Cara penggunaanya yaitu dengan menakar dosis yang dianjurkan pada gelas takar yang tersedia lalu berikan langsung pada anak yang sedang demam. Dalam setiap 5  ml Tempra Syrup mengandung 160 mg paracetamol dengan sosis pemakaian:

Dosis: Gunakan sesuai anjuran dokter, bila perlu satu dosis setiap 4 jam, namun tidak lebih dari 5 kali sehari.

3. Tempra Forte (Rasa Jeruk)
Bagi anak dengan usia 6 tahun ke atas yang sedang demam dapat menggunakan Tempra Forte. Dalam setiap 5 ml Tempra Forte mengandung 250 mg paracetamol. Dosis yang digunakan :

Dosis: Gunakan 3 – 4 kali sehari

Paracetamol dapat menurunkan panas dan meredakan nyeri, selain itu juga membantu meredakan sakit kepala, sakit gigi, demam setelah imunisasi atau atas petunjuk dokter. Perhatikan dosis penggunaanya, jangan sampai berlebihan. Apabila demam masih berlanjut jangan ragu untuk menghubungi dokter.

Selain Tempra Syrup, perhatian, kasih sayang, belaian, dan kelembutan juga ikut berpengaruh dalam mempercepat penyembuhan. Jadi, curahkan lebih banyak cinta saat ananda sakit agar mereka lekas sembuh dan sehat kembali.

sumber gambar : pinterest

Menjadi orang tua itu universitas kehidupan seumur hidup. Terus belajar dan belajar terus agar kita tidak salah langkah dalam membimbing ananda. Bagi keluarga saya, kesuksesan mendidik anak itu tujuan utama bukanlah anak pintar dan berpendidikan tinggi (namun jika anak pintar itu merupakan bonus). Namun kesuksesan itu jika berhasil mendidik anak dengan penuh cinta dan kasih sayang sebanyak-banyaknya. Sehingga hasilnya adalah anak tidak kekurangan kasih sayang dan anak pun akan menebarkan kasih sayang serupa ke orang-orang di sekitarnya.

Curahkan cinta kepada pasangan dan anak-anak kita lebih banyak, lebih banya waktu berkomunikasi, mendengarkan curhat serta berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga. Mencurahkan cinta dan kasih sayang itu bukan menuruti semua yang anak-anak minta. Melainkan kami semua bisa menikmati waktu kebersamaan sambil bercanda ria. Dan yang tak kalah penting adalah mencintai anak dengan penuh kasih sayang menciptakan memori supaya saat kelak mereka tumbuh dewasa , mereka akan selalu punya ikatan emosional yang kuat dengan orang tua. Supaya anak-anak selalu ingat bahwa meskipun saya dan suami sudah tak bersama mereka, mereka tetap merasakan kedekatan dan cinta kami.



Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.

39 comments:

  1. Lengkap bgt teh, makasi share nya.
    Iioo kayanya tipe sanguin, dia senang bergaul dan suka aktivitas outdoor, anak tipe kaya gini malah keliatan bgt nih pas sakit. Kudu jaga kesehatan ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama2 Tha, iya, anak sanguin mah kalau sakit suka "ngomel" hihi

      Delete
  2. artikel ibu cocok sekali dibaca dan dipahami oleh seorang guru yang ingin berhasil didalam memndidik setiap muridnya yang berbeda karakter

    ReplyDelete
  3. Anakku banget tuh plegmatis. :D

    ReplyDelete
  4. Aku gak mau share ah aku anak jenis apa. Malu. Wkwkwkwk 😛

    Aku punya ponakan Mbak, en aku sayang banget sama dia. Sukak bayangin kalok aku punya anak sendiri pasti jauuuuuh lebih lebih daripada sekedar punya ponakan 😂😂😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihihi, gak perlu malu atuh Beb. Da apapun kepribadiannya selalu punya kelebihan yg tak dimiliki jenis lain. wkwk

      Delete
  5. Selamat Tahun Baruuu.. Semoga sehat-sehat terus yaaa.. Selama ada Bunda dan Tempra, tidak perlu panik saat anak demam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, bunda dan Tempra tuh bikin anak nyaman :)

      Delete
  6. memahami sifat anak emang penting bgt ya mba :)

    ReplyDelete
  7. wah berarti sebagai ibu kita sejak awal harus bisa membaca ya, mbak bagaimana kepribadian anak kita. makasih banget artikelnya. mohon ijin untuk memasukkannya ke dalam salah satu tulisan saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. yup, termasuk membaca bahasa tubuh juga.
      silahkan, mbak.

      Delete
  8. Keren win, Tempra juga andalan saya ketika neng Marwah demam, best lah Tempra

    ReplyDelete
    Replies
    1. toss atuh, ternyata kita banyak samaannya ya Teh

      Delete
  9. waah.... aku perlu belajar tipe2 anak niiiy

    ReplyDelete
  10. Wah lengkap dan kereennn...
    Mungkin ini kelebihan punya anak secara terencana ya? Ngga tunji krn kualitas pengasuhaj anak bisa kita optimalkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Punya anak tunji (setahun hiji) insyaAllah juga bisa kok Ambu kalau pengasuhannya sudah disepakati suami-istri dari awal. cmiiw ya Ambu

      Delete
  11. Aku mah kayaknya dominan di tipe koleris, deh. Sisanya nyampur hahahaha. Eh tapi aslinya ga ekstrovert banget sih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berarti ada tipe lain yang dominan juga selain koleris teh. hihi

      Delete
  12. Iya bener banget Wien, tiap anak beda2 karakternya padahal kan adik kaka seibu dan sebapak, begitu pun cara penanganannya ya.
    Kalo aku dan olive tipe melankolis hahaaa..

    lengkap banget ceritanya niy, kereeen abis!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku sama Dhia juga Melankolis, jadi biasanya tahu banget kelakuan anak pasti mengingatkan dengan kelakuan sendiri waktu kecil, qiqi

      Delete
  13. Dewi Mustikawati4 January 2018 at 18:26

    Kata suamiku (guru BK) tulisan yang sangat bagus untuk orang tua dalam mendidik anak. Bagi guru BK ini masuk dalam kelompok kompetensi D Pedagogik, kompetensinya semuanya ada 10 dari s.d J, kalau mau dianggap profesional guru BK harus memahami 10 KK tersebut

    ReplyDelete
  14. Obat andalan saya kalo anak2 kenapa panas, Nih. Suka sedia di kotak obat.

    ReplyDelete
  15. Tulisan yang lengkap ini.
    Good luck dengan lombanya. Semoga menang

    ReplyDelete
  16. Waaaah baru tau informasi mengenai banyak tipe kaya gini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga bermanfaat buat Isky yang baru menikah

      Delete
  17. Wah, bagus tulisannya teh :) seneng ya, maunya sih sampe besar antara orang tua dan anak sama2 tetep bisa saling memahami bahkan bisa mengerti perbedaan antar generasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Noniq.

      Kalau ibuku, karena beliau sudah sepuh pasti susah merubah sifat. Jadi akunya aja yang memahami sifat2 orang tua. :)

      Delete
  18. anakku yg pertama cenderung koleris, yg kedua lebih plegmatis. tp, btw, keduanya klo sakit pun beda reaksinya lho. yg pertama malah ditutup2in (so kuat gitulah), yg kedua kalau sakit ngak ngek ngok... hehe... klo pas demam kmrin sy kasih tempra jg alhamdulillah manjur

    ReplyDelete
  19. Ulasannya lengkap dan wajib di-bookmark 😍

    ReplyDelete
  20. Tempra selalu ada di kotak obatku jugaa...
    Pertolongan pertama supaya anak nyaman dan bisa istirahat dengan baik.

    Ngomong-ngomong soal kepribadian, aku sanguinis murni, Win...
    Wkkwk...

    ReplyDelete
  21. wah saya belum menilai anak dgn kepribadian ini, tapi yg mirip uminya cuman satu kayaknya :)

    ReplyDelete
  22. Saya juga percaya pada Tempra lebih efektif dan aman untuk menurunkan panas dan demam pada anak.

    ReplyDelete
  23. Setuju banget kalau setiap anak itu unik 😄

    ReplyDelete

Hai, terima kasih sudah membaca dan berkomentar. :)
Mohon maaf komentar dimoderasi karena banyak spam yang masuk.