02 January 2023

Sugeng Tindak, Pak

Senin 10 Okt menjelang Maghrib, sebuah pesan teks masuk ke HPku.

[Lek... Wes entuk kabar seko Simbah durung? Mbah Kakung wes ra gelem maem ro meneng wae, njaluk dongane wae jare Simbok.]

.....

Sejak lebaran tahun ini, aku memang sudah menyiapkan hati untuk dapat kabar ini sewaktu-waktu. Gimana tidak, Bapak yang berusia 80 tahun sudah mengalami 2x stroke. Stroke pertama, kurang lebih 19 bulan lamanya. Kemudian secara ajaib beliau bisa berjalan lagi dan beraktivitas normal (makan, minum dan buang air bisa sendiri) selama 2 tahunan.

Stroke ke-2, sekitar 8 bulan lalu Bapak terjatuh yang mengakibatkan beliau tidak bisa berjalan lagi. Makan minum dibantu dan buang air di tempat tidur. 

Di usianya yang sudah 80 tahun ini, tidak banyak harapan untuk kembali seperti sedia kala meskipun tetap ada. Aku hanya berdoa apapun ketetapan-NYA, kami menerima.

......

Membaca pesan teks itu, aku menghubungi keponakan yang tinggal bersama dengan Bapak Simbok di kampung halaman. Berusaha untuk video call. Namun karena sedang banyak orang di rumah (yg waktu itu lagi ngedoain Bapak, lagi bacain Yasin dsb) jadinya gak bisa video call.

Pkl 8 malam, di dalam hati seperti ada yg berbisik "Wis Bali wae rono." (Udah, pulang aja sana.)

Jam 8 malam itu aku bilang ke Abudi, minta izin mau pulang berdua sama si bungsu Arfan.

Aku langsung nyari tiket kereta. Dapat tiket keberangkatan pkl 22.05 wib.

"Sempat nggak? Dari rumah ke stasiun 1 jam, lhoh." tanya Abudi.

"InsyaAllah sempat. Sekarang masih setengah 9. Aku siap-siap dulu bentar."

Aku menyamber tas ransel kecilku. Memasukkan 2 helai baju Arfan ke dalam tas dan sehelai kaosku sendiri.

Pkl 9 kurang, aku berangkat ke stasiun diantar Abudi. Alhamdulillah nggak sampai sejam sudah sampai.

.....

Selasa pagi aku sampai di rumah orang tua di Purworejo.

Setelah membersihkan badan, aku menghampiri Bapak dengan tenang, salam dan menyapanya.

Seperti yang dikabarkan keponakanku, benar saja Bapak sudah diam saja. Dan aku baru tahu kalau beliau sudah tidak mau makan sejak hari Jum'at. Keadaannya sudah kritis.

Hari itu, hujan sepanjang hari, matahari tidak nampak, dingin, di luar gelap. Aku menunggui bapak seharian. Di samping bapak, aku melihat nafasnya pelan sekali. Hanya sesekali menghela nafas panjang. 

Setelah Isya', aku membacakan surah Yasin di sampingnya. Memperdengarkan kepada beliau kalimat syahadat, takbir, tasbih, tahmid dsb. Kaki dan tangannya sudah dingin. Kulihat setetes air di sudut matanya.

Aku video call mbakyu ku yang ada di luar negri dan keponakan yang ada di Jakarta. Kami sama-sama mendoakan Bapak via vidcall.

Setelah selesai, aku menyeduh segelas kopi instant sachet. Aku mau bilang kebetulan, tapi aku yakin pasti ini bukan kebetulan, kopi yg kuseduh rasanya sama persis dengan kopi yang biasa Bapak buat bertahun yang lalu (hobi Bapak ngopi hitam kental dan manis).

Segelas kopi hitam kusesap sedikit demi sedikit sampai habis. Nikmat dan segar sekali rasanya.

Setelah menghabiskan kopi, di kesadaranku bilang kalau Bapak mau ngopi juga. Aku bilang ke Simbok. Simbok meng-iya-kan.

Aku langsung buatkan Bapak kopi hitam manis kesukaannya dan meneteskan ke mulut Bapak 3 tetes. Gak diduga, Bapak mengecapkan mulutnya yg dari tadi terbuka. Wajah Bapak langsung berbeda, terlihat bahagia.

Sekitar jam setengah 10 malam. Aku masih di samping Bapak. Dari semenjak sampai di rumah, ninggalin beliau cuma buat ke kamar mandi dan mengurus si kecil.

Aku di samping Bapak, tetap tenang dan tidak menangis. 

Aku mengelus kakinya, tangannya, perut, dadanya, juga kepalanya. 

Aku berbisik pelan sekali kepada Bapak (ah tidak, aku ingat aku berbicara dalam hati, berbicara dari hatiku ke hatinya, berbicara antara jiwa dengan jiwa).

"Pak... kami ikhlas Bapak melanjutkan perjalanan. Apa yang dibutuhkan agar semuanya berjalan mudah dan lancar?"

......

Pkl setengah 11 malam, terpaksa aku ninggalin Bapak (kupikir akan sebentar aja) untuk ngelonin Arfan yang udah ngantuk dan minta dininabobo.

Setelah Arfan tidur, aku melanjutkan pekerjaan yg sempat tertunda.

Jam 1 dini hari, aku keluar kamar karena mau buang air kecil. Aku baru ingat, aku tidak mengecek kondisi Bapak sejak jam 11 tadi.

Setelah dari kamar mandi, aku dan Simbok nge-cek keadaan Bapak di tempat tidurnya. 

Innalillahi wainnailaihi roji'uun. Ternyata Bapak "sampun dipundut", Bapak sudah nggak ada.

Bapak seperti "nyimpekke" kami sekeluarga.

Bapak sudah kembali kepada Penciptanya, Bapak sudah melanjutkan perjalanannya.

Aku bersyukur Bapak nggak sakit lagi sekarang. Bapak begitu tenang dan bersih wajahnya. Bahkan Bapak meninggal dalam keadaan berwudhu (sama Simbok sering di-wudhu-kan).

Sugeng tindak, Pak. 

Kulo nyuwun agunging samudri pangaksami.


*) Ditulis di Purworejo, 17 Oktober 2022.

This entry was posted in

0 komentar:

Post a Comment

Hai, terima kasih sudah membaca dan berkomentar. :)
Mohon maaf komentar dimoderasi karena banyak spam yang masuk.