Showing posts with label Tips. Show all posts
Showing posts with label Tips. Show all posts

26 April 2018

Agar Anak Tidak Banyak Jajan Sembarangan

 “Mah, minta uang. Mau beli jajan.” Ibunya menyodorkan uang dua ribuan.

Beberapa saat kemudian.

“Mah, minta uang. Mau beli jajan.” Ibunya kembali menyodorkan uang dua ribuan.

Sepuluh menit kemudian pedagang lewat lagi, dan anak tersebut minta uang lagi kepada ibunya. Ibunya pun kembali memberikan uang jajan.

Begitulah pemandangan saat saya tengah berkunjung di rumah seorang  teman. Anak teman saya ini ada 2, yang pertama SD yang kedua balita. Selama sekitar satu jam di sana, anaknya yang berusia 9 tahun ini beberapa kali minta uang untuk membeli jajanan para pedagang yang sering lewat di depan rumah.

Saya lalu tergelitik untuk bertanya : “Mbak, kenapa dikasih terus (uang)?”

Untungnya teman saya ini bukan tipe yang nyolot. Untungnya dia nggak menjawab seperti yang saya takutkan seperti “Eh, duit-duit saya, kenapa kamu yang repot?”
Untunglah, hahaha.

Teman saya menjawab : “Iya, Wien. Habisnya kalau nggak dikasih, dia langsung ngamuk-ngamuk. Nangisnya keras dan berisik banget. Aku jadi pusing. Pernah nggak aku kasih (uang), dia sampai guling-guling di lantai dan bantingin barang. Suamiku pulang kerja tahu barang-barang pecah, malah jadi marahin aku.”

“Ooowh.” Entah kenapa saya hanya bisa menjawab begitu.

Mau aku “nasehatin” tapi kok kalimat saya seperti tercekat di tenggorokan, nggak mau keluar. Saya pulang dengan suasana hati yang terusik. Masih memikirkan teman saya dan anaknya. Kasihan juga kalau seperti itu sampai dia dewasa. Tadi saya sempat bertanya berapa pengeluaran untuk jajan anaknya. Dia menjawab bisa sampai duapuluh ribu sehari, belum sama bekal anaknya ke sekolah. MasyaAllah.



Lalu saya berkaca diri. Alhamdulillah dua anak saya yang sekarang TK dan SD enggak begitu amat. Jajan ya sewajarnya. Malah seringnya pengeluaran untuk jajan hanya pas di sekolah saja. Sedangkan di rumah, jarang minta uang untuk jajan di warung maupun jajan di pedagang keliling. Padahal ya sama saja di daerah tinggal kami, banyak pedagang keliling yang rutin lewat depan rumah setiap hari. Kalau boleh saya sebutkan, ada tukang batagor, bubur kacang hijau, pedagang buah yang sudah diirisin, agar-agar, cilok, odading, bakso, roti, sampai pedagang mainan murah juga ada. Memang godaan yang berat buat anak-anak. Apalagi jika melihat teman tetangganya pada beli.

Bukan saya mau sok tahu memberikan tips agar anak tidak kecanduan jajan, namun barangkali orang tua di luar sana sebenarnya ingin menghentikan kebiasaan jajan anaknya tapi tidak tahu mesti gimana. Ini yang saya dan Abudi lakukan.

Pembiasaan

Saya tahu, jika kebiasaan anak sudah terbentuk sejak kecil, akan susah dirubah. Tapi bukan tidak mungkin anak usia SD bisa merubah kebiasaannya jika orang tua mampu mendampingi (mampu artinya mau dan berusaha, bukan cuma mau saja tapi pada prosesnya menyerah karena tak sabar).
Memang butuh usaha yang lebih keras melakukan pembiasaan saat anak sudah agak besar daripada menerapkan pembiasaan saat masih kecil. Buat orangtua yang anaknya masih batita, mulailah menerapkan pembiasaan untuk tidak sering-sering jajan (sembarangan) seperti kejadian pada teman saya tersebut di atas. 

Saya tahu, bagaimana perasaan orang tua saat anak meminta sesuatu. Pastinya ingin selalu mengabulkan permintaan anak, bukan? Apalagi kalau kita merasa penghasilannya cukup untuk membeli apa saja. Namun demi kebaikan anak, saya harus tega bilang ‘tidak’. Saya bisa mengatur kapan anak boleh jajan, kapan enggak. Misalnya hari ini anak sudah jajan 5000 rupiah. Maka saya akan stop untuk memberinya uang. Di sini, anak tidak akan menyerah. Dia akan mengeluarkan wajah paling cute dan memelas. Hahaha

Sabar buuu, sabar… anak-anak sedang memanipulasi kita. Pandai sekali mereka berakting. Jika wajah imut dan memelas tidak berhasil, ia akan berganti dengan berbagai cara sampai berhasil. Biasanya yang paling ampuh adalah melancarkan tantrum seperti nangis kencang sambil guling-guling di lantai, teriak-teriak, lempar barang, sampai kadang menyakiti dirinya sendiri. Kalau sudah begini, atasi tantrum bukan dengan emosi dan menuruti kemauan anak. 

Pada situasi ini, saya akan angkat anak dan tempatkan pada tempat yang aman untuk dia melancarkan tantrumnya. Dalam hati saya, saya lebih dewasa dari kamu Nak, jadi tantrum seperti ini nggak bisa membuat saya menuruti kemauanmu.

Pada kebanyakan orang tua, ini berhasil membuat mereka menyerah, apalagi saat di tempat umum.  Hal ini berujung pada “Yaudah, berikan apa yang dia minta (jajan)."

(Oiya, tatrum ini adalah normal pada anak. Silahkan googling tentang tantrum dan bagaimana cara terbaik mengatasinya, karena akan panjang jika dibahas di sini).

Intinya, orangtua harus tegas sedari anak-anak masih kecil. Jika saya bilang tidak (jajan), maka tidak ada (jajan) karena jajan hari ini sudah sampai pada batasnya. Bedakan ya dengan nggak jajan sama sekali. Saya bukan yang anti jajan, lho.

Hasil dari konsistensi saya (dan suami) selama bertahun-tahun menerapkan kebiasaan, anak-anak saya menjadi anak yang enggak “kecanduan” jajan.



Batasi

Anak-anak usia balita maupun usia SD, dalam hal jajan itu kan nggak tahu batas. Tahunya, saat mereka meminta maka akan dikabulkan sama orang tua. Maka bicarakan ke anak, bahwa dalam sehari ia punya jatah jajan 5000 rupiah (ini cuma contoh aja). Setelah jatahmu habis, enggak ada jajan tambahan.

Jika sedari kecil kita komunikasikan kepada anak, mereka pasti mengerti kok. Tentu saja bicaranya dengan tegas, bukan dengan cara marah-marah.

Kasih Bonus

Setelah melihat anak patuh dengan batas limit jajan dan mereka tidak lagi melancarkan tantrum untuk meminta uang jajan, saya memberi anak-anak bonus dengan cara jajan lagi. Misalnya saat hari Minggu tiba. Saya akan ajak mereka ke minimarket dan membebaskan mereka memilih satu jenis jajanan (makanan/minuman) yang mereka inginkan. 

Saya katakan kepada mereka : "Ini karena kalian sudah patuh sama peraturan jajan dari ibu. Selain itu karena kalian tidak lagi ngamuk-ngamuk saat nggak dikasih uang jajan. Mengerti?" 
Mereka akan mengangguk dengan cepat. Ekspresi mereka tentu saja gembira sekali.

Ini bukan tentang penghematan uang, ya teman-teman. Tapi ini adalah pembentukan karakter. Mereka jadi berfikir, bahwa nggak harus nangis guling-guling pun ayah ibu masih tetap memberi mereka jajan.

Itu tadi agar anak tidak "kecanduan"/banyak jajan.

***

Saya pun mempunyai anak yang masih sekolah SD seperti teman saya tadi. Salah satu kekhawatiran seorang ibu adalah jika anaknya jajan sembarangan di sekolah. Saya juga merasa khawatir anak-anak akan tergoda jajan makanan yang bahkan penjualnya merokok sambil meladeni pembeli. Anak-anak mana memperhatikan hal seperti itu sih. Yang mereka tahu kan, teman-temanku beli, ah rasanya enak kok. Mereka juga belum mengerti tentang bahan-bahan yang digunakan.

Pernah suatu kali, pulang-pulang anak saya sakit perut, lalu badannya panas dan berlanjut dengan diare. Saya selidiki apakah dia kecapean atau makan sesuatu yang nggak biasa dia beli.

"Kak, jajan apa aja tadi di sekolah?"
Kemudian si kakak akan bercerita tadi di sekolah jajan ini, ini, ini (menyebutkan nama makanan).

Waktu itu saya memang kecolongan. Setelah hari itu, saat menjemput anak ke sekolah saya sambil kasih pengertian ke anak. Apa saja yang nggak boleh ia beli saya sebutkan satu-satu. Di sekolah anak saya, para pedagang jajanan tuh berjajar sepanjang jalan. 

Saya katakan kepada anak saya. Bahwa jajan itu nggak boleh yang gerobaknya kotor.
Kebanyakan pedagang di sekolah anak saya menggunakan gerobak. Yang mana, gerobak ini dijadikan tempat memasak juga. Saya katakan : lihat gerobaknya bersih atau tidak. Jika iya, kamu boleh membeli makanan itu. Jika gerobaknya kotor, tidak boleh (beli).

Beri pengertian ke anak tentang pewarna buatan. Orangtua pasti sudah paham warna-warna seperti apa yang tidak baik terdapat pada makanan, namun tidak dengan anak. Maka katakan ke anak : "Itu warnanya tidak alami, Kak. Nggak boleh beli itu."
"Saos itu warnanya mencolok banget, Kak. Bukan seperti saos yang biasa kita beli. Jangan beli yang itu ya." Saat anak di sekolah, kita tidak bisa mengontrol mereka mau jajan apa. Namun dengan memberi pejelasan kepada mereka, pasti anak akan mengerti kok. Biasanya saat pulang sekolah, saya akan bertanya jajan apa hari ini.

Saat jajan di rumah, saya biasanya akan kasih pengertian bahwa tidak boleh membeli minuman dan makanan yang komposisinya tidak jelas dan tidak ada label halalnya. Di warung tetangga, masih banyak makanan minuman yang tidak jelas. Merk-nya masih asing sekali. Tidak ada ijin BPOM apalagi logo halal MUI. 

Pernah satu kali anak saya membeli permen yang bungkusnya seperti obat. Tidak ada merk, tidak ada komposisi, maupun logo halal. Saya merasa ngeri, sebelum dikonsumsi sama anak-anak langsung saya buang permen tersebut.


Anak-anak saya suka sekali permen, mungkin karena kebiasaan saya sebagai ibunya yang sering mengkonsumsi permen juga. Saya selalu nyetok satu tiples permen di rumah. Untuk anak-anak, saya nyetok permen Pindy Susu aja. Permen Pindy Susu merk-nya sudah tidak asing lagi. Dulu terkenal sekali dengan Pindy mint dingin-dingin empuk. Permen Pindy Susu juga aman dikonsumsi karena komposisinya jelas, sudah mendapat ijin BPOM (Baan Pengawas Obat dan makanan) serta medapat sertifikat halal MUI, makanya di kemasan Permen Pindy Susu ada logo halalnya. Sehingga saya tidak kuatir lagi memberikan permen ini. Jika anak-anak ingin membeli permen yang nggak jelas di warung, saya akan dengan mudah bilang "Bukankah sudah ada permen Pindy susu di toples?" 
Mereka nggak jadi beli permen sembarangan deh. 

Permen Pindy Susu ( instagram @permenpiny_id ) adalah teman yang manis dan asyik saat bermain ataupun belajar. 

01 September 2017

Bagaimana Menyimpan Daging Qurban yang Benar?

Assalaamu'alaikum, teman-teman.
Alhamdulillah sudah Idhul Adha tahun 1438 Hijriyah. Selamat hari raya Idhul Adha buat saudara-saudariku muslim dan muslimah. Mari kita rayakan hari ini dengan sukacita (tanpa mengurangi keperihan hati ini melihat saudara kita di Rohingya). Yang sudah bisa berkurban saya ucapkan Barakallahu lakuma . Bagi yang belum bisa tahun ini, kita kuatkan niat lagi agar tahun depan bisa berkurban. Karena berkurban itu sebenarnya ringan bagi yang sudah berniat. Dari setahun, masa' sih nggak bisa menabung hingga tercapai harga satu ekor kambing yang bagus (sekitar 2,5 juta atau bisa juga kurang dari ini) padahal pendapatan berjuta-juta. *selfreminder

Berkurban sendiri terasa berat? Coba mengikuti jejak mak Zilqiah Mardiyansyah dengan Arisan Qurban bersama kerabat dan keluarganya.
Baca cerita mak Qiah di sini : Arisan Qurban

Satu yang menjadi pembeda antara hari kurban dengan hari-hari biasa adalah banyak daging di rumah. Hari raya qurban memang hari semua umat muslim baik yang mampu dan yang kurang mampu. Soalnya semuanya hari ini bisa makan daging. Ah, indahnya berbagi kepada sesama.

Banyaknya daging kurban yang diperoleh dari pembagian para tetangga, menjadi "masalah" tatkala kita kebingungan gimana menyimpan ataupun mengolahnya. Saya ada sedikit tips nih barangkali dibutuhkan oleh teman-teman semua.  Bagaimana menyimpan hewan kurban agar tetap terjaga kualitasnya sampai berhari-hari di simpan dalam freezer.

Tips ini bersumber dari dr. Nanung Danar Dono, Ph.D.
Direktur Halal Center Fakultas Peternakan UGM
(bahasanya saya ubah sesuai dengan gaya menulis saya)

Simak dan ikuti ya...

TIPS-TIPS MENYIMPAN DAGING QURBAN YG BENAR :
(Agar tetap terjaga kualitasnya)

1. Sebelum disimpan, daging qurban jangan dicuci. Jika dicuci pakai air kran, kuman-kuman bisa masuk dan tinggal di dalam pori-pori daging. Itu bisa merusak kualitas daging. Nyucinya besok saja kalau pas mau memasak dagingnya.
Kalau mau langsung dimasak gimana? Ya, tentu saja boleh dicuci.

2. Jika dapat dagingnya agak banyak, jangan menyimpan daging secara utuh 2-4 kg di dalam freezer apalagi disimpan sama plastik-plastiknya. Cara yang benar, potong-potong daging dengan  ukuran lebih kecil, lalu simpan di dalam plastik-plastik berukuran setengah atau 1 kilo. Saat mau masak, ambil satu kantong kecil, biarkan yang lain tetap beku di dalam freezer. InsyaAllah daging dalam keadaan beku dapat disimpan lebih dari 1 tahun.

3. Sebelum disimpan di freezer, terlebih dahulu simpan daging di dalam kulkas yang sejuk selama 4-5 jam. Setelah dingin, baru dimasukkan ke dalam freezer-nya.

4. Kalau mau masak daging beku, jangan mencairkan es daging atau daging beku menggunakan air panas. Cara yg benar adalah letakkan daging beku tersebut di bawah air kran dengan suhu normal (dalam keadaan daging masih terbungkus rapat dalam plastik). Setelah daging kembali empuk, buka plastik, cuci daging hingga bersih, tiriskan, lalu siap dimasak.

5. Tips tambahan :
Jangan memakai plastik kresek warna hitam karena tas kresek hitam itu adalah hasil daur ulang. Tas kresek daur ulang warna hitam mengandung karsinogen yang dapat memicu sel kanker. Pakailah kresek putih atau plastik bening saja.



Begitu ya cara menyimpan daging kurban yang benar.

Terus, bagaimana kalau bingung mengolah daging kurban yang seabrek itu (padahal yaaa "cuman" dua bungkus tapi udah berasa banyaak banget :) ).
Waktu buka timeline di sosial media, saya banyak menemukan cara-cara menggelitik yang bikin saya ngikik. Diantaranya : sungkem ke orang tua. Bawa daging kurban ke mama atau mama mertua, lalu sungkem ke mereka. Pulang-pulang kita sudah bawa olahan daging yang lezat-lezat. hahaha.
Lalu ada juga tips sholehah : Kalau kebagian daging kurban melimpah, coba bagiin lagi kepada para tetangga yang belum kebagian. Jika tetangganya baik hati pasti kita akan kebagian matengannya. hehehe

Hemm, ada juga nih cerita mak Ria tentang makanan-makanan khas di hari raya Idhul Adha. Baca di sini : Makanan Khas di hari Raya Idhul Adha

***
Tulisan ini spesial buat KEB Collaboration Blog
This entry was posted in ,

01 July 2015

Cara Menabung yang Antimainstream


Sumber : www.behance.net
Assalaamu'alaikum..

Menabung itu harus. Titik.

Nggak ada alasan untuk nggak menabung. Karena dengan menabung, kita berasa punya uang. *yaiyalaah*

Saya sering bertanya-tanya ( namanya orang melankolis itu suka sering kepikiran pertanyaan yang agak njelimet) , Kenapa nabung itu identik dengan buka rekening tabungan di Bank??

Padahal sebenarnya, nabung itu nggak melulu setor - tiap - awal - bulan - habis - terima - gaji, kan? Ada cara menabung yang nggak biasa. Selain nabung setor tunai di bank, deposito, reksadana, asuransi, dan apalah-apalah yang biasa dilakukan para elite orang kelas atas.

Simak bagaimana saya menabung. Cara menabung saya ini sederhana dan antimainstream (*euleeeuuuh... ngakunya*)

1. Nabung Akhirat
Ini memang tabungan yang nggak bisa diambil. Tapi balasannya sampai 10 kali lipat dari tempat yang nggak terduga. Bisa jadi usahanya dilancarkan, kerjanya dimudahkan, dan rezeki terasa berlimpah. Mau apa mau?

2. Gadai Emas
Emas adalah barang yang nggak akan pernah turun nilainya. Walaupun sedang krisis moneter, walaupun dolar naik rupiah turun, walaupun batu akik (seolah) sedang berada di atas emas. dan bla bla bla..

Gadai emas ini kalau penjelasan sederhananya kayak kita nyicil beli emas gitu, tapi emasnya disimpan di Bank ( nggak dipegang sama kita ) jadi tetap aman. Gadai emas ini emasnya dalam bentuk batangan, dan bisa dibayar mulai dari 1 gram.

Perbedaannya sama nabung uang, kalau nabung uang bisa kena inflasi sementara emas tidak. Seperti kita tahu sendiri kan, nilai uang dari tahun ke tahun mengalami penurunan sedangkan tabungan di bank nambahnya nggak banyak-banyak amat. (*ini sih eikeh*)

3. Hindari Investasi Bodong
Sudah banyak teman yang ketipu sama investasi abal-abal ini. Mereka diiming-imingi uang akan berlipat ganda dalam kurun waktu sekian bulan. (lu kata pesugihan? bisa berlipat ganda hohoho)
Namun pada akhirnya, modal yang mereka bayarkan tidak kembali seperti yang dijanjikan, bahkan dibawa kabur sama si penipu. Waladalah...!

4. Coba cara saya
Apa kamu termasuk yang setor ke bank di awal bulan dan menggesek ATM di akhir bulan?
Jika Ya, mungkin kamu yang termasuk nggak tahan godaan belanja di pertengahan bulan. Jika itu terjadi segera rubah kebiasaan itu, yes.

Kamu bisa contoh kebiasaan saya ini, lho. Yaitu,

Simpan uang di tempat-tempat yang AMAN seperti :

- Di bawah lipatan baju.
- Di bawah kasur.
- Di dalam saku celana yang baru dikemudian dilipat dan disimpan dalam lemari.
- Di dalam kantong jaket.
- Di dalam dompet, tapi selipkan di bagian card holder.
- Di dalam tas.

Kebiasaan saya menyimpan uang di segala penjuru rumah ternyata ada manfaatnya juga ketika TANGGAL TUA sementara uang dalam dompet sudah ludes. Biasanya sih, ujug-ujug "nemu" lembaran uang entah itu di bawah baju, bawah kasur, dalam saku celana, dalam saku jaket, atau di dalam tas. Jadi, saya nggak perlu pergi ke ATM untuk mengambil uang yang pada saat awal bulan baru saya setorkan ( kalau keperluan cuma sekedar beli sayur dan sabun) .

Pssssstt !
Ini mah cara apalah apalah yang dilakukan untuk mensiasati gaji suami yang sangat pas-pasan. Kalau yang penghasilannya sudah di atas rata-rata pendapatan perkapita maaah ,ya nabungnya nggak kayak gini atuh, nyimpennya pasti dengan DEPOSITO ( ada tuch di Cermati.com ) atau investasi sekaligus ASURANSI JIWA atau apalah apalah yang pake angka 0 nya juga berderet.

Tinggal masuk ke webnya dan segala informasi lengkap ada di sana. Banyak pilihan produknya termasuk deposito. Yang lainnya ada kartu kredit, kredit tanpa agunan, kredit multi guna, atau yang mau kredit motor juga bisa. Ada lagi tabungan dan tabungan berjangka.

Di Cermati.com juga banyak artikel-artikel tentang keuangan yang bisa bikin saya tambah pinter dan melek finansial.

Banyak pilihan produk
 Bandingkan dan ajukan produk deposito terbaik di Indonesia.
Ah sudahlah segitu aja ngomongin deposito yang angkanya bikin saya kliyengan ituh. hehehe
Lebih baik langsung aja meluncur ke websitenya. Oke sipp!

Demikian sedikit tips menabung dari saya. Semoga bermanfaat.
Dan sebagai penutup, mari membiasakan menyimpan uang di segala penjuru rumah supaya kalau ada maling ,susah menemukan uangnya.  #ahaii

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Share Tips Menabungmu bersama Blog Emak Gaoel dan Cermati"


21 June 2015

Memilih Ayam Segar

*Judulnya khas emak-emak banget ya? hehehe*

ayam boilr
"Ayam goreeeeng.....! Saya suke..saya suke." teriak Dhia dan Akram menirukan Upin-Ipin. :D

Ayam itu bahan makanan yang gampang diolah. Mau itu digoreng, diopor, dibikin ayam krispy, dimasak ayam kecap, atau dibalado, semuanya deh pokokmen sukak. 

Selain karena enak, juga saya gampil banget masaknya. Jadi tiap kali saya ke pasar tradisional maupun ke pasar swalayan pasti nyari daging ayam, paling enggak seminggu sekali (kalau lagi banyak duit ). Soalnya sekarang harga ayam lagi melonjak-lonjak naik. (*molaaii curhat*) hahaha

Kalau pas lebaran, pasti lebih banyak nih yang beli. Makanya jadi ada segelitir pedagang yang curang dengan mengelabuhi pembeli. Segala macam cara mereka pake dari menambahkan formalin agar ayam awet sampai melumuri dengan darah segar, agar daging ayam terlihat (masih) segar.

Sebagai pembeli, kita juga harus cerdas dong, harus bisa membedakan mana ayam yang masih benar-benar segar dan mana yang enggak.

Ini cara saya membedakan dan memilih daging ayam segar

1. Dari penampakan luar, kalau dilihat sekilas, warna kulit putih pucat (tapi nggak putih banget). Bukan orange atau kemerahan. 

2. Kemudian periksa dengan membolak-balik si ayam.
Jika ada warna kebiru-biruan di sana-sini, itu artinya ayam sudah nggak segar. Banyak darah bekunya, biasanya di bagian paha, sayap dan ceker ada biru-biru gitu di bawah kulitnya.

3. Dagingnya berwarna putih bukan merah.
Jika daging berwarna merah, tandanya sudah tidak segar.

4. Terkadang masih ada darah segar yang mengalir. 
Darah ini akan hilang jika dicuci. Sedangkan yang udah nggak segar, darahnya menempel di kulit atau di dalam daging, nggak hilang kalau dicuci.

5. Bau-in. Dekatkan sedikit hidung ke daging ayamnya.
Baunya masih segar daging, kalau yang udah lama baunya udah berubah. Aah, ini butuh keahlian khusus, hehehe.

Kalau yang baru pertama kali beli ayam, kemungkinan milihnya ya yang gemuk atau lebih besar. Padahal besar nggak menjamin dagingnya banyak. Lebih besar bisa jadi karena banyak gajih/lemak nya.

Perhatikan kalau perlu pegang kulitnya apakah kulitnya tebal atau nggak. 
Kalau tebal, gajihnya dibawah jaringan kulit akan sangat banyak.

Ingat gajih/ lemak nggak bagus buat tubuh. *lirik gajih di perut :( *

Kelebihan membeli ayam di Supermarket dari pada di Pasar Tradisional

1. Sering ada discon gede-gedean.
Penting!

2. Harganya lebih murah dari pasar tradisional.
Penting juga! :D
Kemarin sebelum punggahan Ramadhan, saya ke pasar tradisional dulu (Pasar Antri Baru dan Pasar Atas kalo di Cimahi)
Harganya mencapai 32.500
Sedangkan di Yogya Swalayan, harga 33.000 discon menjadi 24.650.
Kalau di Cimahi yang sering discon setau saya mah di Superindo Cibabat sama Yogya swalayan.. (Belinya kalo pas lagi discon doang, ya buk? ) hohoho

3,Tempat lebih bersih
Khususnya di pasar tradisional daerah Cimahi, sih. Mungkin kalau pasar tradisional lebih bersih, saya mau belanja ayam dan daging-dagingan di sana.

4. Kebersihan ayam juga bagus.
Saya suka membanding-bandingkan. Kalau di swalayan ayamnya bener-bener bersih, kalau di pasar tradisional seringnya masih banyak bulu-bulu halusnya yang masih nempel.

Hmm, ini bukan berarti saya anti pasar tradisional, justru saya menyarankan belanja di pasar tradisional agar perputaran uang nggak di satu pemilik. Dengan belanja di pasar tradisional juga membantu para pedagang. Kalau belanja selain ayam (sayuran misalnya) saya tetap di pasar tradisional, kok.

Ok fix, mari belanja ayam. Dan tetap jadi konsumen cerdas.
This entry was posted in

25 May 2015

Memilih Sekolah TK

Memilih sekolah TK untuk anak menurut saya nggak bisa sembarangan. Karena, di sekolah TK ini dia akan banyak belajar berinteraksi dengan lingkungan baru, teman-teman baru, dan mengenal orang dewasa baru ( ibu/bapak guru ).

Kemarin saya juga nyari-nyari TK untuk Dhia. Karena tahun ini dia sudah 6 tahun. Waktu umurnya 4 tahun sempat saya sekolahkan di KidsClub . Semacam kelompok bermain gitu. Terus setahun ini saya istirahatkan dari dunia sekolah agar Dhia nggak bosen. Secara dari Dhia masih bayi usia 7 bulan, setiap hari saya bawa ngajar di TK.

Awalnya saya dan suami sudah berunding untuk Dhia akan kami coba Home Schooling saja. Yang bertindak sebagai pembimbingnya ya saya sendiri ( dibantu suami tentu saja ). Tapi, setelah dipertimbangkan lagi, akhirnya kami memutuskan Dhia untuk sekolah saja. Pertimbangannya karena Dhia di rumah jarang bermain keluar bersama teman sebayanya. Jadi alangkah lebih baik kalo Dhia pergi ke sekolah dan bertemu banyak teman di sana.

Ada 3 TK sebagai kandidat untuk sekolah Dhia.

1. TK yang dekat sama rumah

Ini jaraknya sekitar 100 meter. Kalau berangkat sekolah, tinggal jalan kaki bentar udah nyampe.
Tapi, di sini halamannya nggak luas. Nggak ada alat bermain di luar ruangan seperti ayunan, perosotan dan semacamnya. Ruangannya cukup luas sih. Tapi, di sini juga muridnya buanyaaak. Ada 40 anak. whoaaa. Sedangkan pembimbing/gurunya cuma bertiga.
Terus, untuk masuk ke kelasnya harus naik anak tangga yang lumayan tinggi, karena letak tanahnya lebih tinggi dari jalan raya.

Yang bikin nggak nyaman juga, ibu-ibunya (orang tua murid) pada nungguin di depan kelas. Jadi saat saya masuk menemui guru, saya harus banyak bilang permisi.

Biaya masuknya standar 1 juta, kayak TK-TK lain di Cimahi.

*mikir-mikir dulu* next ke TK yang lain.

2. TK agak jauh dari rumah.

Jika Dhia sekolah di TK ini, kalau berangkat harus naik kendaraan.
Halamannya lumayan luas. Peralatan bermain di luar ruangan komplit banget.
Biayanya lebih murah dari pada TK yang pertama.

Tapi, saya belum melihat proses belajar di TK ini seperti apa. Karena pas saya survei, TK sedang libur.
Jadi saya belum bertemu dengan guru, dan belum melihat ruang kelasnya juga.

3. TK yang jauh banget dari rumah

( Ini saya namain TKnya kok gituya? gak disebutkan nama TKnya. hehehe.. tolong jangan protes *plakk* )

Ini TK nya baguuus banget. Tapi emang jauh juga dari rumah. Kalau yang pertama, nggak sampai 5 menit sudah sampai. Yang kedua, kurang lebih 10 menit naik kendaraan. Kalau yang ketiga ini, hampir 30 menit naik kendaraan.

Halamannya luaaas. Alat bermain komplit. Gurunya baik-baik. Ruang kelasnya bersih dan luas. Satu guru "megang" maksimal 10 anak.

Biaya masuk 5 kali lipat TK pertama, setara dengan fasilitas dan kualitasnya memang, sih.

Jadi, TK mana yang saya pilih? nanti di cerita saya selanjutnya aja.

Tips Memilih Sekolah TK
Saya tulis secara acak saja. Dan ini juga tips ala-ala saya

1. Sekolah memiliki halaman yang luas
Anak-anak membutuhkan tempat bermain dan menyalurkan tenaganya, berlari, melompat, memanjat dan aktivitas lain yang memancing/menstimulasi motorik kasarnya. Ini membutuhkan tempat yang luas.


2. Ruang kelas yang luas dan bersih
Selain halaman, ruangan kelas tempat "bermain" anak juga harus luas dan bersih. Kalaupun nggak luas banget, yang penting bisa ditolerir aja. Jangan sampai anak bermain (baca : belajar) bersempit-sempitan. Misalnya, ruangan 3x3 meter untuk 20 anak. Itu saya pernah lho menemukan, waktu kunjungan TK lain (waktu masih ngajar).

3. Kegiatan Bermain dan Belajar
Jadi sebelum mendaftar, sebaiknya main dulu ke sekolah, melihat bagaimana keseharian kegiatan bermain dan belajarnya. Nggak cukup dengan menanyakan program ke gurunya saja. Tapi melihat praktek keseharian secara langsung.
Ini karena saya nggak kerja, sih. Jadi masih bisa melakukan ini. Kalau orang tua bekerja, mungkin cukup dengan menanyakan kepada gurunya

4. Pembimbing/Guru/Pendamping Guru
Sekolah yang bagus, pasti punya standart untuk menjadi guru TK. Karena ada lhooh, TK informal yang gurunya hanya tamatan SMP. Guru yang baik tahu bagaimana menyikapi anak didiknya.
Jangan sampai, anak-anak dibentak dan sering dimarahi oleh guru karena lamban dalam memahami sesuatu, dengan dalih agar anaknya cepat bisa.

5.Alat bermain yang memadai
Baik permainan di dalam maupun di luar ruangan. Setidaknya ada alat untuk bermain. Lebih bagus kalau alat bermain edukatif.



Sepertinya ribet banget ya saya?