Showing posts with label Catatan Harian. Show all posts
Showing posts with label Catatan Harian. Show all posts

25 August 2016

Saya Pejuang ASI Eksklusif dan Saya Bangga

Menyemarakkan Pekan ASI Dunia yang jatuh pada tanggal 1-7 Agustus, ijinkan saya bercerita sedikit tentang perjuangan saya memberikan ASI ekslusif di 6 bulan pertama kedua anak saya. Apa saja yang sudah saya lakukan untuk persiapan dan pelaksanaan pemberian ASI sehingga bisa berhasil.



Yang sudah-sudah, pembahasan tentang ASI vs sufor selalu menjadi pro-kontra para ibu di jagad raya ini. Makanya saya biasanya hanya menyimak saja pembahasan ini dan berusaha memposisikan diri di keduanya. Sehingga saya menulis ini hanya bermaksud berbagi pengalaman sukses dalam memberikan ASI eksklusif.

Persiapan Sebelum Hari Kelahiran Tiba

Jauh sebelum bayi saya lahir, saya sudah berencana bahwa nanti saya hanya akan memberikan ASI tanpa bantuan susu formula di 6 bulan pertamanya. Karena sudah berencana dan bertekad seperti itu, maka dari awal kehamilan anak pertama, saya mencari ilmunya dengan membaca-baca informasi di internet dan juga menanyakan langsung kepada bidan/dokter saat memeriksakan kandungan. Sambil selalu memanjatkan doa agar nanti semuanya berjalan lancar.

Selain mengumpulkan berbagai macam informasi, saya juga menyiapkan "alat"nya (baca:payudara) agar saat nanti digunakan sudah siap. Kalau tidak dipersiapkan dari jauh hari, kemungkinan besar bisa lecet saat menyusui.
Apa saja persiapannya? Antara lain: disaat mandi, bersihkan puting susu dari daerah aerola (daerah yang berwarna gelap). Di area puting ini, biasanya ada kotoran baik itu kulit mati atau daki yang menutupi lubang-lubang kecil tempat keluarnya air susu. Nah, setiap mandi saya bersihkan itu dengan lembut, nggak perlu digosok pake batu kali, ya. hehe
Sambil dibersihkan, juga sambil dipilin-pilin dan ditarik-tarik. Pijatan pilin-tarik ini membuat puting menjadi lebih panjang sehingga nanti pas diberikan ke bayi lebih mudah. Lalu melakukan pijat di area payudara dengan baby oil atau minyak zaitun.

Persiapan lainnya adalah membaca cara menyusui yang baik dan benar. bagaimana posisinya dan segala macam tentang hal teknis menyusui bayi baru lahir. Ini penting karena, posisi atau cara ibu menyusui juga berpengaruh terhadap kesuksesan memberikan ASI.

Mencari informasi tentang makanan yang bisa meningkatkan produksi ASI. Jadi saat trimester ketiga saya perbanyak makan makanan tersebut. Bisa search sendiri bahan makanan apa saja yang bisa meningkatkan produksi ASI. Jangan malas mencari informasi sebanyak mungkin ya, Moms.

Setelah Bayi Lahir

Setelah bayi lahir kedunia, perasaan yang meluap-luap pada saya tak bisa terelakkan. IMD yang saya idamkan tak bisa terlaksana karena Bu Bidan berkata saya sudah terlihat dalam kondisi kelelahan. Jadi proses menyusu pertama bukan saat bayi masih berdarah-darah lalu diletakkan di atas perut saya kemudian bayi akan mencari puting ibunya sendiri. Itu ekspektasi saya sebelumnya. Tapi karena kenyataannya saya kelelahan, pemberian ASI pertama kali dilakukan setelah bayi dibersihkan dan dibedong, sayanya juga sudah bersih dan ganti baju.

Lancar keluar susu yang melimpah? enggak, cyiin. Kedua anak saya, dua-duanya ASI baru keluar di hari ketiga dan kedua pasca melahirkan.

Menurut ibu bidan, (saya mengutip perkataan Bu Bidan saja ya dari tadi, hehe... )
Menurut Bu Bidan, bayi baru lahir itu bisa bertahan tanpa asupan makanan selama maksimal 5 hari karena dalam tubuhnya masih menyimpan cadangan makanan yang berasal dari plasentanya. Saya bersyukur saat tempat bersalin mendukung keputusan kami (saya dan suami) untuk memberikan ASI ekslusif.

Godaan untuk memberikan susu botol, tidak hanya dari ASI saya yang belum keluar, namun dari orang tua saya yang menunggui dan membantu merawat saya saat melahirkan dan setelahnya. Neneknya tentu saja enggak tega melihat anak hanya mengenyot puting yang enggak keluar air susunya. Namun setelah mendengarkan penjelasan suami saya, akhirnya neneknya pun ikut mendukung. Ya, peran lingkungan sangat mempengaruhi kesuksesan memberikan ASI ekslusif.



ASI Tidak Keluar? Apa yang harus dilakukan?

Sudah saya ceritakan di atas, ASI saya juga tidak langsung keluar di hari pertama melahirkan. Hari kedua juga sama, masih belum keluar. Yang ada anak saya sering menangis karena usahanya mendapatkan ASI belum juga menampahkan hasilnya. Hari ketiganya barulah keluar, itupun hanya yang sedikit itu. Yes, colostrum yang berwarna kekuningan dan cuma sedikiiiit banget akhirnya keluar di hari ketiga.

Dari hari 1-3 itu, saya harus berdamai dengan perasaan kasian kepada bayi saya yang cuma mengempeng susu tanpa keluar air susunya. Thats so hardly to me. Tapi walaupun enggak keluar, saya tetap memberikan puting saya agar bisa disedot anak saya. Gerakan mulut bayi ini merupakan rangsangan agar ASI bisa keluar.

Selama 2 hari itu bayi dikasih apa dong? Hanya ditetesi air putih hangat saja agar bibir dan mulutnya enggak kering.

Pokoknya di fase ini, penuh drama banget. Ya begadang karena di malam hari harus tetap memberikan ASI (walaupun belum keluar) 2 jam sekali, ya nahan rasa kasihan ke anak, ya nahan rasa sakit bekas jahitan, dan sebagainya.

ASI Keluar, sudah kelar perjuangannya? Belum, cyiin.

Setelah ASI keluar, semakin hari semakin bertambah banyak saja produksi ASInya. Saya mengalami bengkak di payudara disertai panas dingin. Di fase ini, ASI harus lebih sering diberikan agar bengkak enggak semakin parah dan membuat ibunya sakit. Rasanya lega sekali setelah dihisap habis.

Bengkak karena menampung banyaknya air susu, menjadikannya keras sekali. Saya mengatasinya dengan pijat ibu menyusui. Kebetulan di sekitar tempat tinggal saya ada seorang tukang pijat yang bisa memijat ibu pasca melahirkan dan bayi bayu lahir. Saat pemijatan, payudara dipencet keras, sehingga lubang-lubang kecil di area puting bisa terbuka. Ditandai dengan ASI yang memancar, serta saya lihat lubang-lubang kecilnya jadi bertambah banyak. Pijat pasca melahirkan ini membuat ASI semakin lancar keluarnya. Sedangkan si bayi jadi lebih nyenyak tidurnya.
Mungkin kalau yang tinggal di perkotaan bisa mencari mom and baby spa. Biasanya melayani pijat bayi dan ibunya.

Demikian sekelumit pengalaman saya memperjuangkan ASI eksklusif di 6 bulan pertama. Saya sungkem kepada senior pejuang ASI yang lebih dahsyat perjuangannya. Dan Barakallaah untuk Moms yang memberikan ASI dimudahkan segala-galanya.

Tulisan ini sekalian sharing pengalaman, juga sekalian diikutsertakan dalam Give Away ASI dan Segala Cerita Tentangnya yang diadakan oleh duniabiza.com


23 February 2016

6 Barang yang Harus Dibawa Saat Mengajak Balita ke Acara Sekolah

Besok sekolah Dhia ada acara outing atau program sekolah yang mengambil tempat di luar lingkungan sekolah sebagai tempat belajar. Ini bukan pertama kalinya sekolah Dhia ngadain outing. Sebelum-sebelumya udah pernah.

Outing kali ini bertemakan Polisi Sahabat Anak ( PSA ) jadi kita akan pergi ke Taman Lalu Lintas di Bandung. Terus, karna besok masih hari kerja, jadi Akram (3,5 tahun) mau nggak mau harus ikut juga. Gak mungkin kalau Abudi suruh ngasuh.

Biar outing besok tetap lancar, bahagia, dan bebas tantrum, ini 6 barang yang harus dibawa saat mengajak balita ke acara outing sekolah :

1. Baju Ganti
Gak ada yang tau kemungkinan yang terjadi. Jadi saya selalu bawa baju ganti kalau membawa Akram ke acara outing sekolah. Bisa aja si anak tiba-tiba ngompol, ini buat yang udah gak bawa-bawa WC(baca:diapers sekali pake alias penampung pipis) kemana-mana. Atau si anak tiba-tiba mabok darat dan muntah-muntah. Atau pas minum ketumpahan susu. dan lain-lain. Bisa repot kalo nggak bawa baju ganti.

2. Tissu Basah dan Kering
Terdengar sepele ya? Tapi pernah waktu kapan saya nggak bawa ini jadinya ngelap tangan kotornya, ngelap mulut yang belepotan, dan ngelap-ngelap yang lain pake kerudung. bwahaha... habisan nyari-nyari yang jualan tissu nggak ada. Yaudah kerudung merangkap lap deh. -__-

3. Kantong Kresek
Kresek kecil dan kresek gede. 
Buat apaaa???
Kresek kecil ini buat jaga-jaga barangkali si anak mabuk darat. Kalau nggak bawa kantong kresek sendiri, terus si anak muntah-muntah...kan jadi mengganggu yang lain. Inget ya..ini acara outing sekolah bukan pake mobil pribadi (biasanya nyarter angkot kalau jaraknya cuma Cimahi-Bandung mah).
Kresek besar, buat nyimpen sampah. Kalau di tempat outing susah nemu tempat sampah, kita bisa nyimpen sampah di kresek sampai ketemu dengan tong sampah. Jadi kan nggak mengotori tempat tersebut.
Lihat yang lainnya bebas membuang sampah dimanapun, ngapain susah-susah nyimpen sampah di kresek. Lah, mulai dari diri sendiri aja dulu ya. :) 

4. Obat-obatan
Umumnya sih obat-obatan P3K seperti minyak kayu putih buat masuk angin, obat memar kalau-kalau anak jatuh pas bermain, dan hansaplas untuk menutup luka.
Outing bareng anak-anak TK itu rawan banget lecet. Karena mereka seneng banget lari-larian. Apalagi di ajak ke alam terbuka gini. Beuuh, makin aja pecicilannya mencapai derajat tak dapat terhindarkan. Gak bisa dilarang, kasihan anaknya dong lihat yang lainnya puas bermain. Jadi kalau saya mending membawa P3K dari pada melarang anak ikut bermain karena takut lecet.

5. Makanan dan Minuman
Kalo nggak bawa "senjata" ini bisa-bisa anak tantrum karna laper dan haus. Mungkin ada yang berpikir : ah disana juga banyak yang jual makanan dan minuman, ntar beli aja di tempat.
Tapi sebaiknya bawa beberapa dari rumah. Jadi sewaktu-waktu anak balita minta minum dan ngemil langsung bisa keluarin dari tas. Dan tentu saja harga ditempat outing biasanya lebih mahal.
Kalau anak masih ngedot, jangan sampai ketinggalan dotnya atau susunya. Bisa berabe, cyin.

Terus yang ke 6. Bawa bekal uang yang cukup.
Ini sih udah pasti atuuuh.
Di tempat rekreasi pasti banyak barang-barang yang menarik perhatian si adek ataupun kakaknya. Bekal uang yang cukup untuk jaga-jaga aja sih ( kalau anaknya lempeung seperti anak saya. Kalau saya bilang nggak beli, ya mereka mau nurut tanpa mengeluarkan tangisan dan tantrum.)

Itu sih yang biasa saya bawa kalau ngajak balita keluar. Nyiapinnya juga dari sehari sebelumnya biar nggak riweuh di pagi harinya.

Punya pengalaman serupa? sharing yuk!

01 April 2014

Buku Lama : Berpacu Nasib di Kebun Karet



Hari ini, karena melihat rak buku yang super berantakan. (*kalau belum berantakan banget belum diberesin sich*). Saya menyempatkan diri untuk merapihkannya. Secara saya kalau mberesin buku butuh waktu lama. Iya, bisa sampai berjam-jam. Sambil ngrapiin sambil buka-buka dan membaca cepat.
Diantara deretan buku, saya menemukan sebuah novel yang berjudul Berpacu Nasib di Kebun Karet. Saya hampir lupa kapan saya membelinya. Untungnya, kebiasaan saya ketika membeli buku langsung dibubuhi tanda tangan sendiri, :p


Sudah lama juga belinya. Tahun 2008.

Tentang Buku Ini.

Judul  : Berpacu Nasib di Kebun Karet
Penulis : M.H. Szekely Lulofs
Judul asli : Ruber
Diterbitkan di Amsterdam tahun 1933.
Dicetak di Indonesia tahun : 1985 ( cetakan pertama )

Waw, yang bikin saya melongo ...bahkan sayapun belum lahir. Lebih tua-an mbak buku ini. :)
Kalau sekarang nyari, dijamin nggak bakal ada di toko buku-toko buku.

Jalan ceritanya?
Oh, itu... saya belum mbaca sebenarnya,hehe. Kalo gitu habis ini akan saya baca dan (mungkin) menuliskan reviewnya.


Oke segitu aja dech gejenya. Kalau manteman, punya buku tua? Sharing di sini , yuk :)

18 February 2014

Kehilangan dan Kurang Sedekah, Apa Hubungannya?


saya ingin aja pake gambar ini,habis lucu' :)
Kemarin saya baru saja kehilangan sebuah benda. Benda ini termasuk penting dalam keseharian saya. Dengan adanya kehilangan ini saya tidak menyalahkan siapa-siapa, baik itu menyalahkan si pencuri atau menyalahkan diri sendiri karena kurang waspada.

Tidak butuh waktu lama, sedetik saja, saya menganggap ini sebagai "warning" dari Tuhan. Tuhan sedang mengingatkan saya, sedang menegur saya, karena Tuhan selalu sayang sama saya maka saya tidak 'dibiarkan'-Nya.

Lalu saya flasback amalan harian saya, mencoba mengingat apa yang telah saya lakukan. Mengingat yang sudah-sudah (iya ini bukan pertama kali hehehe ), jika "warning" dalam bentuk kehilangan -saya mengartikannya sebagai- Ohhh, saya kurang atau tidak berSEDEKAH belakangan ini! Yach, saya memang tidak mengeluarkan zakat pendapatan suami saya di awal ( segera setelah menerima penghasilan ) seperti biasanya. Tepat dua bulan ini. Saya jadi ingat karena diingatkan sama Tuhan.

Alhamdulillaah, saya justru bersyukur. Bagaimana tidak. Saya iseng-iseng menghitung berapa kehilangan saya itu jika dinilai dengan rupiah. Ternyata tepat dua kali 5 % dari pendapatan suami saya perbulan. Yang artinya, berbagi atau tidak, dikeluarkan atau tidak ( zakat, infaq, sedekah, dsb ) tetap saja harta yang bukan hak kita tidak akan bisa dinikmati. Oiya, 5 % itu adalah zakat penghasilan sedangkan dikalikan dua karena dua bulan tidak berzakat.

Ini bukan berarti yang tidak kehilangan sudah aman, bisa jadi dibikin sama Allah dengan kasat mata. Pendapatan yang banyak tapi lupa berbagi kepada sesama, gaya hidupnya boros atau semacamnya sehingga masih merasa kuraaaang terus. Saya juga pernah merasa begini, pendapatan besar tapi cepet habis dan nggak tau udah dipakai buat beli apa aja.

Oh well, saya nggak mau panjang lebar karna nanti jadinya sok tahu. Saya cuman mau cerita dan nulis yang menasehati diri sendiri khususnya. Kalau berguna untuk yang baca ini, semata-mata Allah yang membolak-balikkan hati.

^.^