Aku adalah ibu dari empat anak. Empat jiwa
dengan karakter, emosi, dan kebutuhan yang berbeda. Dua diantara Gen-Z, dua lagi
Gen Alfa. 😊 Ada hari-hari ketika
rumah terasa seperti orkestra tanpa dirigen—semua berbunyi bersamaan. Namun di
tengah riuh itu, tahun 2025 datang seperti sebuah undangan sunyi: undangan
untuk duduk, bernapas, dan jujur pada diri sendiri.
Jika harus merangkum 2025 dalam tiga kata, maka inilah milikku: wisdom of victim, you are enough (utuh), dan menemukan diri sendiri.
Tiga kata ini bukan sekadar afirmasi manis. Ia lahir dari proses panjang, dari
jatuh-bangun seorang ibu yang sering kali lupa bahwa dirinya juga manusia.
Sebagai ibu, aku pernah lama terjebak dalam
peran “korban keadaan”. Merasa hidupku selalu tentang mengalah, menunda, dan
berkorban. Tapi perlahan aku memahami makna wisdom
of victim—bukan meratapi luka, melainkan memetik kebijaksanaan darinya.
Seperti kata Brené Brown, “Owning our story
and loving ourselves through that process is the bravest thing we’ll ever do.”
Mengakui bahwa aku pernah merasa lelah, marah, dan tersesat justru
membebaskanku. Dari sana aku belajar: aku tidak lemah karena pernah terluka; aku
bijak karena aku mau belajar darinya.
Kata kedua, you
are enough. Dulu kalimat ini terdengar klise. Bagaimana mungkin aku
“cukup” ketika selalu ada yang kurang? Kurang sabar, kurang produktif, kurang
konsisten. Tapi 2025 mengajarkanku untuk melihat diriku secara utuh. Bahwa
menjadi ibu empat anak tidak menghapus identitasku sebagai perempuan. Bahwa aku
boleh lelah dan tetap berharga. Bahwa aku boleh gagal hari ini dan tetap layak
dicintai. Seperti yang Carl Rogers katakan, “The
curious paradox is that when I accept myself just as I am, then I can change.”
Penerimaan diri bukan akhir perjalanan—ia justru pintu awal pertumbuhan.
Dan kata ketiga: menemukan diri sendiri. Ini
mungkin terdengar egois bagi sebagian orang. Tapi bagiku, menemukan diri
sendiri adalah hadiah terbaik yang bisa kuberikan pada anak-anakku. Karena ibu
yang mengenal dirinya akan membesarkan anak-anak yang berani mengenal diri
mereka. Aku belajar kembali mendengar apa yang membuatku hidup, apa yang
membuat mataku berbinar, bukan hanya apa yang harus kulakukan.
Ada satu hal besar yang sengaja kulepas di tahun ini: label. Label yang selama ini menjadi rem—“ibu harus selalu serius”, “berkarya harus rapi dan sempurna”, “tidak boleh main-main dengan mimpi”. Aku melepaskan keseriusan yang kaku dalam berkarya. Aku ingin kembali bermain, bereksperimen, tertawa saat gagal, dan belajar tanpa menghakimi diri sendiri. Karena ternyata, kreativitas tumbuh subur saat aku berhenti terlalu keras pada diriku sendiri.
Namun ada satu hal yang ingin tetap menetap
dan menemaniku sepanjang tahun: memeluk
diri sendiri yang kuat dan lemah secara bersamaan. Aku tidak ingin
lagi memilih salah satunya. Aku kuat karena bertahan, dan aku manusiawi karena
lemah. Dua-duanya layak dipeluk. Dua-duanya membentukku hari ini.
Dan jika harus menyebut satu pencapaian
terpenting tahun ini, maka bukan soal angka, proyek, atau pengakuan orang lain.
Pencapaianku adalah ini: aku selalu punya
cara untuk merayakan diri dan memberi diriku sendiri validasi. Aku
tidak lagi menunggu tepuk tangan dari luar untuk merasa cukup. Aku belajar
berkata pada diri sendiri, “Kamu sudah melakukan yang terbaik hari ini.”
Sekecil apa pun langkahnya, aku merayakannya.
Seperti kata Louise Hay, “Remember, you have been criticizing yourself for years and it hasn’t
worked. Try approving of yourself and see what happens.” Dan benar
saja—saat aku mulai mengapresiasi diriku sendiri, langkahku terasa lebih
ringan. Aku melangkah bukan karena takut tertinggal, tapi karena ingin maju.
Sebagai ibu empat anak, hidupku tak pernah benar-benar sepi. Dan di tahun 2025 ini, aku menemukan ruang hening di dalam diriku. Ruang tempat aku boleh menjadi utuh, belajar dari luka, bermain dengan mimpi, dan terus berjalan—pelan tapi pasti. Aku tahu: aku tidak sedang tersesat. Aku sedang pulang pada diriku sendiri.






0 komentar:
Post a Comment
Hai, terima kasih sudah membaca dan berkomentar. :)
Mohon maaf komentar dimoderasi karena banyak spam yang masuk.