26 September 2017

Setelah Usia 30 Tahun, Nambah Anak Lagi atau Tidak?


Saya tidak sepenuhnya setuju dengan KB (Keluarga Berencana) menciptakan keluarga kecil. Namun sangat setuju Keluarga Berencana untuk bahagia dan sejahtera. 
Untuk bahagia dan sejahtera nggak harus membentuk keluarga kecil, bukan? 


Dulu saat pengantin baru saya berfikir untuk punya 5 anak. Semangatnya masih menggebu-gebu. Berbekal cerita-cerita dan melihat sendiri bagaimana murrabiah saya yang sukses mendidik anak-anak mereka jadi anak-anak yang manis, penurut dan berprestasi. Saya pun ingin mencontoh beliau. Sebelum dan saat hamil saya mempelajari banyak hal tentang keluarga. Hal ini demi kesiapan saya menyambut anggota baru keluarga kami. Setelah kelahiran anak pertama, saya berpikir ingin mengurangi jumlah anak menjadi 3 saja. Ini karena baru merasakan capeknya menjadi ibu baru. Merasa capek dan nggak bebas seperti waktu belum punya anak. Namun melahirkan dan mengurus batita enggak membuat saya kapok untuk melahirkan lagi. Saat si sulung tepat berusia 3 tahun, adiknya lahir. Jadilah di rumah kami ada satu balita dan satu bayi. Repotnya kayak apa jangan ditanya.

Hidup itu memang pilihan. Ketika kita dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama berat, maka ada salah satu yang memang harus dikorbankan. Jika keduanya tetap diambil, maka tanggung sediri konsekuensinya. Pilihan saya diantara lanjut mengajar dengan konsekuensi anak bayi dan kakaknya dititipkan ke orang lain, atau saya resign demi bisa mengurus kedua anak kami. Saya dengan sadar dan rela, mengalah resign dari menjadi pendidik di sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak.

Setelah bayi kedua lahir, saya mengurangi lagi jumlah anak yang kami inginkan. Suami sih hanya menuruti saja apa kemauan saya. Beliau tidak memaksa harus sekian-sekian anak. Saya mau stop udah cukup dua saja beliau manut, toh sudah sepasang cewek dan cowok. Saya mau nambah lagi, beliau juga hayuk aja. Intinya nambah anak atau enggak itu sudah keputusan suami-istri bukan paksaan dari salah satunya.

Waktu berganti, tahun demi tahun terlewati. Waktu rasanya berputar begitu cepat. Anak ke-dua saya sudah 5 tahun. Beberapa bulan yang lalu, saya senang sekali menonton video Youtube keluarga Gen Halilintar. Melihat keseruan dan kehebohan keluarga mereka, timbul lagi rasa pengen nambah anak lagi. Ah, kayaknya kalo punya banyak itu rumahnya jadi rame. Di sini timbul keraguan saya mau nambah apa enggak ya. Mempertimbangkan usia saya yang sudah 30 tahun, jarak anak kedua dengan adiknya terlalu jauh, serta sayanya sudah nyaman dengan keadaan sekarang. Anak-anak sudah mandiri, sudah bisa ditinggal-tinggal berdua di rumah. Terus kata orang tua "Sudah, tinggal membesarkan mereka dengan pendidikan terbaik." Pokoknya sudah nyaman lah. Anak-anak sudah mandiri sehingga saat jalan bareng kedua bocah ini sudah enggak repot. Kebayang kan kalau tiba-tiba ada bayi lagi.

Saya terlambat menyadarinya sih. Coba setelah melahirkan anak kedua saya tidak membatasi 'cukup 2 anak'. Tentu saya akan lepas KB dan akan giat bereproduksi (?) ketika si anak kedua berusia 2 tahun. Sehingga jarak dengan adiknya hanya terpaut 3 tahun juga.

Kini, tinggal menunggu waktu sambil berusaha maksimal agar saya hamil lagi. Akram dan Dhia juga sudah kebelet banget pengen punya adik. Mereka selalu menanyakan kapan punya dedek bayi? Mereka berdua saya lihat sudah siap baget jadi kakak. Sama anak tetangga yang masih kecil, mereka aja sayang. Apalagi sama adik sendiri. 

Kerap kali Akram juga bertanya : "Mi, adek bayi kan dikasih sama Allah. Terus do'a minta dedek bayi kayak gimana?"
Duh, kalau udah gitu aku jadi terharu. 

Tapi harus realistis kan, Wien. Jika anak semakin banyak, semakin bertambah pula pengeluaran. Untuk kebutuhan primer anak, untuk biaya pendidikan, dan lain sebagainya.

Ya. Sebagai ibu, pastilah khatam jika disuruh membeberkan keperluan anak. Tiap anak pun memiliki kebutuhan yang berbeda-beda pula.
Pemikiranku mungkin kuno, bahwa : anak itu sudah punya rezekinya masing-masing. Jadi, cukup dengan yakin kepada Sang Pencipta bahwa DIA sudah menjamin rezeki setiap manusia yang IA "titipkan" kepada kita. Kurasa itu sudah cukup.
Okelah, jika kita berpikiran modern. Berapa banyak para ibu yang dulunya merencanakan cukup dua anak tapi sekarang menyesal "Kenapa dulu nggak banyakin anak aja, ya?" "Dua anak terlalu sedikit" dan sebagainya. 

Bahagia itu bukan dari banyak-sedikitnya anak kan. Tapi tergantung bagaimana keluarga kita menjalaninya, ya kan. Mendidik anak sedikit, semuanya berbakti dan sukses adalah kesuksesan orang tua. Sementara mendidik anak banyak lalu semuanya sukses melebihi kedua orang tua ( mulai dari pendidikan, karir, dan agamanya ) adalah kesuksesan besar orang tua.

Jadi, setelah umur 30 tahun masih nambah anak lagi atau enggak nih?

8 comments:

  1. nambah dong teh, yuk ah maksimal lagi ;p

    ReplyDelete
  2. ahhh setuju,,hehehe tiap ada sudah ada rejekinya masing2 memang ya mak,.

    ReplyDelete
  3. Bagus banget tulisannya, karena saya py baby di usia 27 jadi saya sih pengen punya baby setelah anak 5th gt teh, ya insya alloh diatas 30th sayanya cz kerasa bgt hamil lahiran gampang tapi ngurus anak dunia akhirat^^

    ReplyDelete
  4. Maaak aku lho lagi suka-sukanya nontonin vlog genhalilintar. jadi aku mau masuk tim #DukungMakUwienPunyaANakLagi

    ReplyDelete
  5. mbak itu semua cuma propraganda orang bukankah Allah yang mengatur rezki setiap manusia mengapa kita kurang berserah diri kepadanya lagi pula jangankan manusia burung atau cacing saja semua rezkinya sudah disediakan

    ReplyDelete
  6. Seru ya klo punya anak bnyak...
    Dirimu enak msh 30... Saya klo nambah lg mungkin pas 35, hiks...

    ReplyDelete
  7. Setuju banget. Kebahagiaan itu bukan dilihat dari banyak atau sedikitnya anak. Paragraf terakhir mantep banget. Wasduh ini aku udah kepala 3. Hmmm nambah lagi ga ya? Hahahaha

    ReplyDelete
  8. Aku terakhir melahirkan usia 36. Repot bangeeeet. Usia gak bohong. Ayo Uwien nambah anak lagi. :D

    ReplyDelete

Hai, terima kasih sudah membaca dan berkomentar. :)
Mohon maaf komentar dimoderasi karena banyak spam yang masuk.