27 May 2017

Ngobrol Bareng MPR : Menerapkan 4 Pilar Mulai dari Keluarga Sendiri

Assalaamu'alaikum, teman-teman.
Judul blogpost saya kali ini seperti yang berat gitu ya(?) Memang sih, waktu ngobrol bareng MPR RI Sabtu 20 Mei 2017 di Novotel Bandung, bahasannya memang berat karena menyangkut 4 pilar kebangsaan. Saya bingung mau mulai dari mana menuliskan hal yang disampaikan bapak Ma'ruf Cahyono ( Sekjen MPR RI), karena menurut saya penjelasannya padat berisi pake banget. Tapi, saya akan coba menuliskan yang sesuai dengan kapasitas saya saja sebagai ibu rumah tangga, biar enggak "ketinggian". hehe


Oiya, mungkin ada manteman yang belum tahu 4 Pilar Kebangsaan itu apa saja? 4 pilar tersebut adalah : Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Sebetulnya kita sudah familiar 'kan sama keempat hal ini? Apalagi kalau di sosial media, beuuh...! pasti sudah hapal betul karena beberapa bulan ini sempat membuat panas timeline sosial media. 

Tapi sesungguhnya, membumikan 4 Pilar Kebangsaan itu enggak cuma sekadar berkicau di sosmed dengan hashtag NKRI harga mati, save NKRI, save Pancasila, atau sejenisnya itu, namun lebih kepada penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Karena, panasnya timeline sosmed itu enggak sepanas kehidupan nyata , lho teman-teman. Dan nggak sepanas kuah bakso baru keluar dari pancinya.

Kang Andri ( Kepala Bagian Promosi MPR RI) juga menuturkan hal yang sama, bahwa beberapa bulan ini kita sudah menghabiskan banyak energi yang seharusnya bisa kita gunakan energi itu untuk hal lain yang lebih bermanfaat. 

Bang Aswi ( Ketua Blogger Bandung ) bercerita : ada sebuah kampung (saya lupa lagi namanya) di Maluku yang mayoritas penduduknya adalah nonmuslim. Seperti di perkampungan lainnya, di sana pun ada satu mata air. Tapi mata air ini sangat unik. Mata air tersebut hanya mengalir jika yang mengambil air adalah seorang muslim/orang yang beragama Islam. Oleh sebab itu, jika di kampung itu ada tamu muslim, orang-orang di sana selalu menyambut mereka dengan suka cita. Subhanallaah..
Bang Aswi juga menambahkan : pada saat terjadi kerusuhan karena SARA, ada seorang nonmuslim yang meminta pertolongan dan bersembunyi di kampung yang mayoritas muslim. Apa yang dilakukan orang di kampung muslim tersebut? Mereka melindunginya sampai kerusuhan itu selesai.

Kisah-kisah dari Bang Aswi tadi hanya sedikit cerita di dunia nyata yang membuat kita terenyuh mendengarnya. Betapa di tengah hiruk-pikuk media sosial ternyata di kehidupan sosial kita, di lingkungan terdekat kita masih banyak orang-orang baik yang mau saling tolong-menolong dan toleransi walaupun berbeda suku, agama, warna kulit, dll. Kita sebagai bangsa yang dulunya belum bersatu, lalu kemudian dipersatukan karena keinginan merdeka dari penjajah, jangan mau sekarang dipecah belah oleh karena politik dan adu domba.


Selain bang Aswi dan Kang Andri, narasumber lain dari MPR yang hadir hari itu adalah Bu Siti ( Kepala Biro Humas MPR), Mbak Raras ( Kepala Pemberitaan di Humas MPR ), pak Purwadi ( Humas MPR ) dan tentu saja bapak Ma'ruf Cahyono ( Sekretaris Jendral MPR ).



Salah yang saya ingat dari penuturan pak ma'ruf Cahyono adalah tentang Ketetapan (Tap) MPR No VI/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Bahwa kita sebagai warga negara harus tahu etika baik sebagai warga masyarakat di lingkungan terdekat maupun sebagai netizen.

Membumikan 4 Pilar Kebangsaan mulailah dari apa yang bisa kita lakukan. Kemudian menerapkan dalam keluarga, lalu ke arah yang lebih luas lagi. Sebagai netizen, yang bisa kita lakukan antara lain tidak menulis sesuatu yang provokativ sehingga menimbulkan pertengkaran diantara friendlist ataupun follower kita, tidak menshare berita-berita yang provokativ dan hoax, dan sebagainya.

Menjaga 4 pilar kebangsaan itu seperti layaknya kita menjaga pilar-pilar dalam rumah tangga. (eaak)
Dalam keluarga, seringkali pertengkaran mewarnai kehidupannya. Yang namanya "menyatukan dua kepala" (suami-istri) itu susah dan penuh perjuangan. Apalagi menyatukan bangsa ini yang terdiri dari ribuan suku bangsa. Diantara dua anak saja seringkali bertengkar, entah karena rebutan mainan atau cekcok yang lain. Maka dari itu, seperti yang dikatakan pak Ma'ruf Cahyono, nggak usah jauh-jauh, kita bisa membumikan 4 pilar mulai dari hal yang terdekat dari kita yaitu keluarga.

Ya, tugas ibu rumah tangga seperti saya yang enggak kita sadari merupakan pengamalan dari 4 pilar tadi. Makanya, yuk...mariii manteman, jika kita tidak ingin Indonesia terus begini, jika kita ingin Indonesia berubah di masa depan, yuk kita didik anak kita dengan pendidikan yang baik, kita contohkan etika yang baik kepada anak-anak. Saya berharap, orang tua tidak cuek atau acuh tak acuh terhadap pendidikan karakter anak-anak. Jangan sampai anak-anak kita kekurangan perhatian dan kasih sayang sehingga mencari perhatian dan pengakuan dari luar keluarga.

Koreksi Saya Jika Ada Kesalahan.

Salam,
Uwien
This entry was posted in

7 comments:

  1. panasnya timeline sosmed juga nggak sepanas ngeliat mantan yang udah jadian lagi sama orang Teh Uwien.. aku setuju banget, kalo ngomongin 4 Pilar MPR kesannya berat, padahal penerapannya mah sangat sederhana dan bisa dimulai dari dalam keluarga ya Teh.. :)

    ReplyDelete
  2. ya perlu mulai dari klg inti ya, terutama anak2 dikenalkan sejak dini

    ReplyDelete
  3. iya teh, harus dari lingkup kecil dulu ya. dari rumah :)

    ReplyDelete
  4. Yup setuju ..hrs dari keluarga dulu terutama para mommyanya :)

    ReplyDelete
  5. Hayk ngabaso bari ngomongin empat pilar :)

    ReplyDelete
  6. Justru yg memicu tindakan negatif kpd mayoritas adlh media ya teh,,, kdg media jg yg memberitakan yg 360 drt beda sm knyataan

    ReplyDelete

Hai, terima kasih sudah membaca dan berkomentar. :)
Mohon maaf komentar dimoderasi karena banyak spam yang masuk.