08 February 2015

Jalan-Jalan ke Kota Bersama Daihatsu Sirion

Sejak bisa menyetir kira-kira dua tahun yang lalu , suami saya, jadi suka banget ngajakin saya dan anak-anak jalan-jalan pake mobil (*jalan-jalan pake mobil?)
Mau ke rumah nenek naik mobil, cuman mau ke ATM naik mobil, bahkan mau ke swalayan juga naik mobil. Katanya, biar mudah bawa barang belanjaan. Iya juga sich, kalau naik motor rempong bawanya, ciiinn.

Okelah, namanya juga baru bisa nyetir. Jadi masih seneng-senengnya. Masalahnya, kalau ke rumah nenek, kita harus melewati gang sempit berbelok yang cuma muat dilewati satu mobil saja. Kebayang nggak kalau jadi saya yang duduk di samping supir, asli "sport jantung" !. Deg-deg plasss dech pokoknya. Udah ya jalanan sempit, berasa mau nyerempet karena mepet banget sama tembok rumah orang atau kalau-kalau roda mobil masuk got. Saat jalannya belak-belok agak susah juga karena mobil yang kami tumpangi body-nya lumayan lebar dan panjang.

Jadi kebayang kalau pake Daihatsu Sirion. dech. Mobil model hatchback aka city car ini dengan body-nya yang ramping -lebar 1,665 meter, pasti lancar jaya kalau lewat jalanan sempit.

Performance Sirion ( pic source )

tampak belakang ( pic source )
Bagi keluarga muda seperti kami, jalan-jalan bersama keluarga kecil adalah hal wajib. Minimal dua minggu sekali pergi ke pusat kota Cimahi / Bandung untuk refreshing. Refreshing kok ke kota?? Fyi, rumah saya berada di pelosok desa daerah pegunungan yang sejuk dan adem. Agar tidak jenuh harus ke kota untuk sekedar ke taman bermain misalnya, atau ke pusat perbelanjaan untuk cuci mata. :p ( kami kemudian menyebutnya 'turun gunung' )
Melewati jalan-jalan di kota Cimahi dan Bandung yang sering macet, naik Sirion pasti masih bisa selap-selip. hohoho

Apalagi kemampuan menyetir suami saya yang makin hari makin lihai saja. Makin nyaman buat saya dan anak-anak sebagai penumpang. Sekarang sudah nggak sport jantung lagi. Terus terus Daihatsu Sirion ini bisa memuat 4-5 orang penumpang. Tuh kan pas banget dengan keluarga kecil saya yang berjumlah empat orang. Masih bisa nambah satu lagi buat adeknya Akram kelak. :D
*kemudian berdoa sepenuh hati* >_<

Interior Daihatsu Sirion ( pic source )
 Suamiku bilang : "Oke juga Sirion ini. Tapi, kita kalau pergi-pergi selalu banyak barang bawaan kayak bantal, selimut, baju dan mainan anak-anak. Mau disimpan dimana?"

Tenang, Bi. Di bangian belakang masih ada space buat kita naro barang bawaan. *Lalu saya segera kasih liat fotonya. (Udah kayak sales promotion girl aja, wuahaha)

muat buat naroh selimut dan koper ( pic source )
Atau bisa dilipat supaya lebih luas seperti ini.

anak-anak bisa tiduran di belakang ( pic source )
Wah, senengnya kalau punya mobil kayak gini. Bisa diajak jalan-jalan keliling kota.

Jadi pengin banget merasakan sensasi slalom bersama Daihatsu Sirion. Meskipun belum bisa nyetir, kan ada suamiku yang selalu siap sedia menjadi sopir pribadi. hihihi


02 February 2015

Acara Minum Teh dan Eksperimen

Pagi ini, Akram bangun lebih awal dari Mbaknya. Belum cuci muka dan apa-apa langsung bilang dengan suara yang belum fasih minta teh manis.

" I-num... Nteh... Anyis "

Saya mbatin, Akram habis ngimpi tentang teh manis gitu? Biasanya begitu bangun minta minum air putih kemudian minta segelas susu plus biskuit.

Lalu saya nyolokin air (*nah lhoh apa maksudnya ini?) -maksudnya nyolokin dispenser. Sambil nungguin air panas, Akram minta saya untuk menyalakan tipi, ngak saya turutin. Kemudian nunjuk-nunjuk minta diambilin tablet yang saya taro di atas lemari, nggak saya turutin juga. Lalu ke meja komputer minta dinyalain, nggak juga saya turutin.
Karena nggak juga terkabul keinginannya, Akram ngebangunin Dhia dengan cara digabruk (bahasa Indonesianya apa ya? semacam ditindihin gitu lah). Akhirnya mbak Dhia bangun juga setelah guling-guling hampir ngambek karna diganggu tidurnya.

Dhia dan Akram mendekati saya, setiap bangun tidur pasti minta disayang-sayang (dipeluk; dicium; ditanya-tanya tidurnya nyenyak apa enggak, bla bla bla) #Ahaaaiy

Air di dispenser udah panas. saya pun ngeluarin nampan, dua buah gelas, gula, dan teh celup.

"Ayooo ke depan (maksudnya ke teras depan), kita bikin teh celup yuuk!!" kata saya.

Anak-anak ngintil saya di belakang. Kemudian duduk manis di dekat nampan.

Acara minum teh di pagi hari pun dimulai.

Mereka celup-celup bergembira
Gulanya dua sendok aja , ya Mbak Dhia.

Kemudian terjadilah drama, wekekeke

"Mencari biskuit yang hilang"


  Kebiasaan makan biskuit dicelupin ke susu/teh manis 

 Eksperimen dengan teh manis

Oiya, beberapa waktu yang lalu (nggak jelas kapan yang pasti sebelum sebelum 2015) Dhia juga sudah pernah bikin teh manis sendiri. Saya cuma membantu menyediakan air panasnya aja. Kalau sekarang Dhia sudah berani nuangin air panas ke dalam gelas sendiri.

Waktu bikin teh manis itu, Dhia nanya-nanya :

"Kok nggak manis, ya Mi?" --> "Karena belum dikasih gula, Ia"
"Waah, kalo udah dikasih gula jadi manis, Mi!" --> "Berarti, rasa gula apa? Manis"

"Mi, lihat! Sendoknya bengkok!" kata Dhia dengan mata berbinar. Kemudian berulang-ulang ia mengangkat sendok dari gelas lalu menyelupkannya lagi, angkat lagi, celupkan lagi. lalu tertawa cekikikan.

Dhia, itu namanya pembiasan (saya jelaskan apa adanya :D ). Lihat deh, sendoknya nggak bengkok kan kalau di luar gelas, tapi kalau dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air, kita melihatnya seolah-olah sendoknya bengkok/patah.

"Ooo, begitu ya Mi" Dhia manggut-manggut.

Lalu...

"Waaaaw... gede buangeet!!" Dhia memekik.

"Apanya, Ia'?"

Dhia meletakkan gelas berisi teh manis itu di depan matanya, lalu berkata, "Ummi keliatan gede banget. Tanganku juga!"

"Wah, iya. Gelasnya bisa jadi kaca pembesar. Coba yuk kita lihat barang-barang yang lain."

Lalu Dhia mengambil beberapa mainannya dan mengamati dari balik gelas kaca berisi air teh hingga akhirnya teh manisnya habis.

Jadi, dari hal-hal kecil yang kita temui sehari-hari bisa jadi bahan pembelajaran buat anak balita, ya Manteman.