25 November 2017

Kelas Laktasi di Melinda Hospital : Tentang MPASI

Sabtu (18/11) kemarin, saya ikut kelas laktasi di Melinda Hospital - Bandung. Ngapain Win? anakmu 'kan udah gede-gede? Ehehe, ngomong-ngomong buat teman-teman yang belum tahu, sekarang saya tengah mengandung anak ke 3, nih.  ;) (*semacam pengumuman, hahaha) Doakan, ya teman-teman, supaya sehat dan lancar. Saya sih suka aja kalau ada kelas-kelas belajar semacam ini. Karena walaupun sudah punya dua anak, tetap saja saya butuh asupan "nutrisi otak" agar ilmunya nambah dan nggak itu-itu aja. Apalagi ini kelas laktasi untuk ibu hamil dan menyusui. Saya semangat sekali datang. Karena pasti selalu ada ilmu baru yang didapat. Dan benar saja, saya dibuat manggut-manggut sama dokter Stella Tinia selama kelas berlangsung. Penyampaian materi dari dokter Stella begitu enak dan santai. Sehingga, saya bisa menangkap apa yang disampaikan. Saya merasa sangat beruntung bisa mengikuti kelas ini karena banyak hal tentang memberi makanan pendamping ASI yang sudah banyak terlupakan kini teringat kembali.

Jadi, ikut kelas-kelas semacam ini jelas buat persiapan nanti agar lebih pinter ngurus bayi. Bersyukur banget karena rumah sakit Melinda memfasilitasi para orang tua untuk terus belajar kepada ahlinya di sini secara cuma-cuma alias GRATIS. Sayangnya saya baru tahu informasi baru bulan ini nih.



Kelas laktasi ini ternyata sudah dimulai sejak awal tahun 2017 ini lho, diadakan sebulan sekali dengan tema yang berbeda-beda dan tentu saja menarik dan menambah pengetahuan bagi para ibu. Dan kebetulan pada bulan November ini, temanya adalah seputar MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu). Buat teman-teman yang ingin datang ke Kelas Laktasi di Melinda Hospital bulan depan, langsung saja medaftar degan menghubungi nomor yang tertera pada gambar di atas, ya.

ki : MC, mbak Intan. kanan : dr Stella
Ternyata, sudah punya dua anak pun, menyimak materi MPASI ini bikin saya tercerahkan. Secara sudah 4 tahun lebih enggak berurusan sama bayik dan tetek bengeknya. Jadi pasti banyak yang sudah menguap ilmunya. Lupa-lupa lagi caranya. Memang benar, banyak ilmu baru yang saya dapet dari kelas laktasi di Melinda Hospital.

Acara ini dihadiri nggak cuma para moms aja, ada juga para ayah yang menyimak kelas ini. Nampaknya mereka (para ayah) sedang menemani istrinya. So sweet deh lihatnya, sementara ibunya menyimak materi, sang ayah gantian menggendong anaknya agar enggak nangis dan rewel.


Kayaknya ada yang kurang ya, ketika hadir di acara sarat makna seperti ini, saya nggak membagikan ilmu yang di dapat. :)

Tulisannya lumayan panjang, saya tuliskan beberapa poin pentingnya saja, ya.

Tanda-tanda anak siap makan :

- Dapat duduk tegak tanpa dibantu
- Tongue reflex hilang.
Tongue reflek atau reflek lidah itu seperti ini: pada saat mulut bayi kita masukkan suatu benda (jari tangan misalnya), dia akan otomatis menghisap. Atau saat dimasukkan benda besar ( sendok misalnya), si lidah akan otomatis mendorong benda tersebut. Nah, pada bayi yang sudah siap untuk makan, gerak reflek tersebut mulai hilang dan berubah menjadi gerakan rahang ke atas-ke bawah.
- Kemampuan mengunyah mulai berkembang
Pada usia 6 bulan, gerakan mengunyahnya hanya ke atas dan ke bawah.
Pada usia 7-12 bulan, mulai berkembang. Lidah sudah bisa memutar makanan di dalam mulut.
- Terlihat tertarik dengan aktivitas makan
Biasanya ketika bayi melihat orang tuanya makan, dia akan terlihat pengen makan juga. Seperti mengecap-ngecapkan mulutnya, tangan menjulur mau mengambil makanan, ikut antusias melihat orang makan.
- Kemampuan menggenggam mulai berkembang


Prinsip-Prinsip MPASI pada bayi ASI

1. ASI eksklusif selama 6 bulan dan memulai MPASI pada usia 6 bulan

ASI eksklusif itu hanya ASI saja tanpa tambahan susu formula.
Mengapa 6 bulan?
- untuk kesehatan ibu dan bayi
- nutrisi bayi 6 bulan pada bayi sehat cukup bulan dan ibu cukup nutrisi, dapat tercukupi dari ASI saja
- lebih dari 6 bulan kebutuhan energi bayi tidak dapat tercukupi dari ASI saja, harus ada makanan tambahan.
- jika ibu kurang nutrisi, konsumsi suplemen jika perlu ( seperti vitamin B12, B6, zinc, Vitamin A, dan riboflafin) perbaiki pola makan ibu agar ASInya juga berkualitas.
- Untuk kasus bayi dengan berat badan rendah atau ibu anemia sebaiknya mengkonsumsi suplemen seperti zat besi.

2. Mempertahankan menyusui sampai anak berusia 2 tahun atau Lebih

- manfaatnya untuk menurunkan risiko penyakit kronis, obesitas, dan meningkatkan fungsi kognisi
- Bayi usia 12-23 bulan, kebutuhan ASI kurang lebih 500 ml per hari.
- Dalam rentang 2 tahun ini, kebutuhan Vitamin A, kalsium dan asam lemak harus tercukupi. Cari makanan pendamping ASI yang banyak mengandung zat tersebut.
- Sumber cairan dan nutrisi penting terutama saat sakit. makanya kenapa anak yang sakit biasanya pengennya nenen aja, sementara nafsu makannya berkurang. Nggak papa, karena memang harus banyak cairan masuk  ke tubuh.

3. Responsive Feeding



- Ibu harus aktiv dan responsive saat memberikan MPASI kepada bayi. Harus pandai-pandai membaca bahasa tubuh anak.
- Pada usia 6-12 bulan, anak masih harus disuapi saat makan. Saat usianya 12 bulan lebih, bantu anak untuk makan sendiri. Yaa, yang sabar aja kalau saat belajar makan menyebabkan lantai kotor atau baju anak belepotan. Demi anak bisa makan sendiri, ya.
- Ibu (dan ayah -dari tadi ibu melulu, ayah juga dong) harus peka terhadap tanda-tanda anak lapar dan juga kenyang.
- Ketika menyuapi harus sabar. Anak seringkali menolak makan? Berikan motivasi tapi bukan memaksa, ya. Berbeda lho antara memotivasi dengan memaksa (apalagi mengancam).
- Hindari distraksi. Misalnya : Karena anak nggak mau diem, lalu kita setelkan film kartun. Si anak nonton film atau sambil mainan sambil kita suapi. Sebaiknya dari awal memang tidak dibiasakan seperti ini. Biasanya akan keterusan.
- Saat makan adalah saat kebersamaan penuh pembelajaran dan kasih sayang. Idealnya sih saat orang tua makan, anak juga duduk bersama ikut makan. Sehingga ada komunikasi, bonding, kontak mata, dan kebersamaan di sini.
Prakteknya ternyata : "boro-boro makan bersama, ibu bisa makan dengan tenang pun sudah Alhamdulillah" ?
- Kombinasikan jenis, rasa, tekstur dan metode yang berbeda untuk mengatasi sulit makan.
Tidak usah takut memberikan semua makanan ke bayi. Mulai dari berbagai jenis karbohidrat, sayur-sayuran, daging, dll. Jika terlalu pilih-pilih, bisa jadi malah akan memicu alergi makanan karena sejak kecil tidak diperkenalkan dengan jenis makanan tertentu.

4. Persiapan dan penyimpanan MPASI dengan baik

- cuci tangan ibu dan anak sebelum menyiapkan makan dan makan
- alat masak dan alat makan bersih
- hindari peggunaan botol saat menyajikan MpASI. kalau memakai botol, resiko kontaminasi kuman lebih tinggi sehingga resiko diare juga lebih tinggi. Menyajika MPASI pakai mangkuk saja.
- MPASI ini bagusnya fresh. Dibikin hari itu, disajikan hari itu juga. Jika misalnya membuat agak banyak untuk sehari, pastikan disimpan dengan baik.

5. Jumlah MPASI sesuai kebutuhan

pict source
- awali dengan jumlah sedikit, lalu bertahap mulai ditingkatkan
- menyusui sesuai permintaan bayi
- Jumlah MPASI disesuaikan dengan asupan ASI
jumlah yang disarankan:
6-8 bulan : 30-45 ml (2 -3 sendok makan)
ditingkatkan menjadi setengah mangkuk (125 ml)
9-11 bulan : setengah mangkuk
12-24 bulan: 3/4 - 1 mangkuk (250 ml)

6. Konsistensi makanan

- Dalam menyajikan MPASI, teksturnya haruslah pas. Tidak terlalu encer, juga tidak terlalu kental. pada usia 6-7 bulan, anak sudah belajar mengunyah (menggerakkan rahang ke atas-bawah) jadi MPASI yang cocok adalah pure (makanan yang dilembutkan) dan crackers.
- Pada usia 7-12 bulan, bayi mulai menggigit dan mengunyah, memasukkan makanan ke mulut. MPASI yang cocok adalah makanan cincang dan finger food.
Memasaknya harus pas kematangannya. apalagi untuk finger food. teksturnya harus lembut agar potongan makanannya tidak membuat bayi tersedak.
- Pada usia 12-24 bulan, bayi sudah bisa mengunyah berputar. Lidah sudah berfungsi mengaduk makanan di mulut, stabilitas rahang sudah berkembang dengan baik. pada usia ini, bayi sudah bisa diberi makanan keluarga. Semua bahan makanan keluarga bisa diberikan (kecuali madu, dapat diberikan setelah anak berusia di atas 12 bulan).
- Hindari makanan yang memicu tersedak seperti : kacang, anggur, potongan wortel atau sayur yang masih keras.
- Transisi MPASI harus tepat, jika terjadi keterlambatan, bayi akan kesulitan makan di periode selanjutnya. Misalnya sudah 1 tahun kok masih saja diberi pure atau bubur saja yang seharusnya kan sudah makanan keluarga.

7. Frekuensi dan Jumlah kalori

- Tingkatkan frekuensi secara bertahap. Umumnya 6-8 bulan itu 2-3 kali sehari. Umur 9-24 bulan 3-4 kali sehari ditambah 1-2 kali makanan ringan.
- Tidak ada aturan baku, tergantung kalori dalam makanan dan konsisi asupan ASI. Jumlah kalori ditentukan oleh komposisi makanan dan konsistensi. Untuk meningkatkan  kalori : penambahan sumber lemak dan mengurangi kadar air dalam makanan

8. Kadungan Gizi Mencukupi Kebutuhan bayi



- Sesuaikan dengan tumpeng gizi seimbang.
- Makanan yang bervariasi
Sumber makanan hewani merupakan komponen penting. jangan takut memberikan daging dengan alasan alergi.
- Ikuti program kapsul vitamin A di posyandu. Dibagikan setiap bulan Februari dan Agustus
- Hindari minuman tanpa manfaat nutrisi seperti : teh&kopi (menghambat penyerapan zat besi); soda (hanya kandungan gula); jus buah (maksimal 240 ml per hari, jika berlebihan akan mengganggu selera makan dan keseimbangan nutrisi).

9. Penggunaan suplemen

- Untuk penggunaan suplemen vitamin-mineral dan MPASI terfortifikasi (dengan tambahan zat gizi) sesuai dengan kebutuhan saja.
- Untuk ibu perlu mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral.

10. Meningkatkan pemberian makanan pada saat sakit dan pada masa penyembuhan

- Saat bayi sakit, perbanyak asupan cairan, perbanyak menyusui.
- Berikan makanan yang lunak dan bervariasi.
- Berikan makanan yang disukai anak.
- Setelah sembuh dari sakit, berikan MPASI lebih banyak dan motivasi anak untuk lebih banyak makan.

Bagaimana MPASI pada bayi yang tidak disusui?

- Pada usia 0-6 bulan berikan PASI (pengganti air susu ibu)
- Pada usia 6-24 bulan, berikan produk susu sebanyak 300-500 mL per hari ( ini nggak harus dalam bentuk susu formula)
- Cairan tambahan sebanyak 400-600 ml/hari atau lebih jika cuaca panas
- Frekuensi makan 4 kali sehari (masing-masing 80kcal/100 gram)

Yang terpenting adalah perlu diingat, memberikan MPASI pada anak kita itu bukan sekadar memberikan makan agar bayi kenyang, namun lebih dari itu. Ada satu kalimat bagus yang diberikan dokter Stella, kemarin.

Complementary feeding depends not only on what is fed,
 but also how, when, where
and by whom the child is fed.
~ Stella Tinia,dr, M.Kes

Buat teman-teman yang ingin informasi lebih lanjut tentang kelas laktasi di Melinda Hospital atau ingin mengikuti kelas laktasi bulan depan, jangan lupa follow akun instagram Melinda Hospital.


lobi Melinda Hospital

Melinda Hospital

alamat : 
Jalan Padjajaran no 46 Bandung

instagram : @melindahospital

5 comments:

  1. Woaaa makasih Teh say udah sharing, cocok buat anak aku yang baru MPASI

    ReplyDelete
  2. wah dapat ilmu banyak ya, makasih sharingnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banyak banget mamah Tira. Nggak nyesel dijugjug dari Cimahi buat ikutan kelas ini. :)

      Delete
  3. Semoga hamil ketiga selalu sehat dan bahagia ya, Wien.

    Btw, acara begini kalau diadakan langsung di masyarakat (katakanlah di Posyandu atau pertemuan RW) bagus kali ya. Masih ngilu kalo inget adaaa aja bayi di bawah 6 bulan yang dicekoki pisang atau bahkan nasi karena nangis terus dan dianggap masih lapar :'( *semoga dibaca oleh RS dan nakes*

    ReplyDelete

Hai, terima kasih sudah membaca dan berkomentar. :)
Mohon maaf komentar dimoderasi karena banyak spam yang masuk.