12 December 2014

Ketulusan Kepada Para Pemimpin

Assalaamu’alaikum,
Selamat hari Jum’at .. mari kita rayakan hari ini!! ^^

Ngomongin tentang pemimpin, kalo yang lagi nge-hits saat ini adalah tentang Bapak Presiden Republik Indonesia , bapak Joko Widodo. Walaupun pilpres telah lewat namun nampaknya masih rame aja , nich di social media. Baru-baru ini di jagad twitter menjadi trading topic selama empat hari berturut-turut tagar/ hashtag #BukanUrusanSaya yang kemudian disusul dengan #EhBohongLagi . 

Memang,ya… rakyat Indonesia khususnya netizen sangat “perhatian” sekali dengan sosok bapak Joko Widodo. Jika kita gali lagi sepak terjangnya di kancah politik memang bikin kita bilang WOW (boleh sambil koprol, kok).

Saya tertarik ngomongin pemimpin lantaran saya juga ingin mempunyai rasa yang tulus mencintai pemimpin kita sehingga do’a yang keluar saat mendo’akan pemimpin adalah do’a-do’a  yang baik. Selain itu, ketertarikan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara / dunia politik bisa untuk mengasah salah satu dari tujuh Multiple Intelegent juga. Maka dari itu saya ungkapkan di awal agar kita bisa sama-sama belajar memiliki ketulusan terhadap pemimpin.

Bak dua orang yang saling mencintai, suami-istri ,suami sebagai pemimpin dan istri sebagai yang dipimpin, mereka pasti mengharapkan pasangannya tulus, kan? Menurut saya, tidak berbeda dengan kita dan presiden. Presiden yang memimpin dan rakyat yang dipimpin.

Seperti yang sudah kita tahu, Indonesia adalah Negara yang mayoritas penduduknya muslim. Jadi, pemimpin orang-orang muslim ( para penguasa, wakil-wakilnya, dan para ulama ) haruslah dari orang Islam sendiri  agar mereka ditaati.

Allah SWT berfirman : “Taatlah kalian kepada Allah, taatlah kepada Rasul dan penguasa dari kalian." ( QS An Nisa’ : 59 )

Ketulusan kepada para pemimpin adalah dengan menyukai kebaikan, kebenaran, keadilannya, bukan lantaran individunya.  Jika pemimpin itu baik, melalui kepemimpinannya kemaslahatan/kebaikan kita(rakyatnya) bisa terpenuhi. Dengan begitu, persatuan rakyat dibawah kepemimpinan mereka akan terwujud.

Ketulusan kepada para pemimpin, bisa dilakukan dengan cara membantu mereka untuk senantiasa berada dalam rel kebenaran, menaati mereka dalam kebenaran, dan mengingatkan mereka dengan cara yang baik. 
 Karena tidak ada kebaikan, bagi masyarakat yang  tidak mau mengatakan kepada penguasa yang zalim, “Anda zalim.”

Tidak ada kebaikan, bagi penguasa yang menindas rakyatnya dan membungkam orang-orang yang berusaha menasehatinya,yang lebih bahaya lagi jika para penguasa menutup telinganya rapat-rapat agar tidak mendengar suara-suara kebenaran.


 Dalam kondisi seperti ini,yang terjadi adalah kerendahan dan kehancuran. Nauzdubillah…

 Para Ulama

Ketulusan para ulama terhadap pemimpin dilakukan dengan jalan meng-counter berbagai pendapat sesat yang berkenaan dengan Al-Quran dan Sunah. Menjelaskan berbagai hadist, apakah hadist itu shahih atau dha’if.

Ulama juga mempunyai tanggung jawab yang besar untuk selalu menasehati para penguasa, ulama harusnya senantiasa menyerukan agar mereka berhukum  dengan hukum yang sempurna (hukum Allah dan Rasul-Nya). 

Jika mereka(ulama) lalai dalam mengemban tanggung jawab ini,hingga tidak ada satupun orang yang menyuarakan kebenaran di depan penguasa, maka kelak Allah akan menghisabnya. 
Nah! Dimintai pertanggung jawaban juga, kan?

Rasulullah saw bersabda, “Sesuingguhnya jihad yang paling mulia adalah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang semena-mena.” 

Mereka juga akan dimintai pertanggung jawaban jika mereka justru memuji penguasa yang semena-mena, bahkan kemudian menjadi corong mereka.

Jika kita masih peduli akan kebaikan para pemimpin ,kita (rakyat) harus senantiasa mengingatkan mereka akan tanggung jawab tersebut, dengan bahasa yang baik. Juga tidak mencerca mereka, karena dapat mengurangi kewibawaannya dan menjadikan mereka bahan tuduhan.

Mari sama-sama berusaha memiliki ketulusan kepada pemimpin, kita do’akan agar pemimpin kita menjadi pemimpin yang adil jika mereka belum adil. Menjadi pemimpin yang tidak semena-mena terhadap masyarakat yang dipimpin. Sama-sama mengingatkan para pemimpin akan tanggung jawab besarnya.

Jangan bilang ini #BukanUrusanSaya.

0 komentar:

Post a Comment

Hai, terima kasih sudah membaca dan berkomentar. :)
Mohon maaf komentar dimoderasi karena banyak spam yang masuk.